Sekilas Psikologi Individual
Alfred adler bukanlah seorang teoritis atau seorang
abnormal yang didorong oleh kegilaannya karena ambisi. Psikologi social miliknya menyajikan sebuah
pandangan yang optimistic tentang manusia dengan menitikberatkan pada konsep
kepedulian sosial (social interest).
Adler adalah anggota asli lingkaran kecil dokter Wina
yang bertemu di rumah Freud setiap Rabu sore untuk membahas topik-topik
psikologis. Namun ketika
perbedaan-perbedaan teoritis dan personal antara Adler dan Freud semakin lebar,
Adler meninggalkan lingkaran Freud dan membangun sebuah teori yang sama sekali
berlawanan. Teori ini dikenal sebagai
psikologi individu.
Biografi Alfred Adler
Alfred adler lahir pada 7 Februari 1870 di Rudolf sheim,
sebuah desa kecil dekat Wina. Ibunya,
Pauline, adalah ibu rumah tangga pekerja keras yang sibuk mengasuh ketujuh
orang anaknya. Ayahnya, Leopold,
pedagang gandum berkebangsaan Yahudi kelas menengah yang berasal dari
Hungaria. Ketika masih kecil, fisik
Adler sangat lemah dan sakit-sakitan, dan pada usia lima tahun dia hampir
meninggal akibat pneumonia.
Kesehatan Adler yang lemah berbeda tajam dengan kondisi
kakak laki-lakinya, Sigmund. Sigmund
Adler, saingan masa kanak-kanak yang berusaha dikalahkan Adler kecil, adalah
lawan yang sangat tangguh, bahkan bertahun-tahun kemudian dia menjadi sangat
berhasil dalam bisnisnya sehingga membantu Alfred secara keuangan.
Hidup Freud dan Adler memiliki beberapa pararel yang
menarik. Meskipun kedua laki-laki itu
lahir dari orangtua Yahudi Wina kelas menengah ke bawah, tak satu pun yang
beragama Yahudi dengan sungguh-sungguh.
Freud masih lebih menyadari keyahudiannya ketimbang Adler dan sering
kali merasa dirinya teraniaya akibat latar belakang keyahudiannya. Adler tidak pernah mengeluh diperlakukan
tidak adil, dia malah beralih ke Protestanisme.
Seperti Freud,
Adler juga memiliki adik laki-laki yang
meninggal sewaktu bayi. Freud dari
pengakuannya sendiri, telah mengharapkan dibawah sadarnya akan kematian, Freud
dipenuhi oleh rasa bersalah danselalu mengintrospeksi dirinya. Sebaliknya Adler tampaknya memiliki alasan
lebih kuat untuk mengalami trauma lantaran kematian adik laki-lakinya.
Adler tertarik
kepada hubungan- hubungan sosial, dimana saudara kandung dan rekan-rekan
sebayanya memainkan peran penting bagi perkembangan masa kanak-kanaknya. Sebaliknya freud lebih dekat secara emosional
dengan orangtua khususnya ibu.
Adler lulus dari
sekolah dasar tanpa mengalami kesulitan atau diskriminasi. Namun ketika memasuki Gymnasium sebagai
persiapan menuju sekolah kedokteran, dia hanya mencapai prestasi pas-pasan
sampai-sampai ayahnya mengancam untuk memindahkan dia dari sekolah dan
menyuruhnya menjadi pembuat sepatu salju saja.
Karena ayahnya
lahir di Hungaria, adler berkewajiban ikut tugas militer dalam angkatan perang
Hungaria. Adler menyelesaikan kewajiban
itu dan kembali ke Wina untuk melanjutkan gelar doktornya. Dia kemudian memulai praktik pribadi sebagai
spesialis mata namun meninggalkan spesialasasi ini dan pindah ke psikiatri dan
kedokteran umum.
Freud mengundang
Adler dan tiga dokter Wina lainnya agar hadir di kediaman Freud untuk
mendiskusikan psikologi dan neuropatologi.
Kelompok ini dikenal sebagai Wednesday
Psychological Society sampai tahun 1908 yang berubah namanya menjadi Vienna Psychoanalytic Society. Tidak ada
dari mereka yang mengakui perbedaan-perbedaan teoritis bahkan setelah Adler
menerbitkan Study of Organ Inferiority and Its Psychical Compensation bahwa
kelemahan-kelemahan fisik bukannya seks yang membentuk fondasi bagi motivasi
tindakan manusia.
Selama
tahun-tahun terakhir hidupnya, Adler sering mengunjungi Amerika Serikat tempat
dia mengajar psikologi individu, dia menjadi warga tetap Amerika Serikat dan
memegang posisi Profesor Tamu untuk Psikologi Medis di Long Island College of
Medicine.
Adler
menikahi seorang perempuan Rusia yang sangat mandiri, Raissa Epstein, pada
Desember 1897. Raissa merupakan salah satu feminis pertama dan jauh lebih
terlibat dalam politik ketimbang suaminya.
Raissa
dan Adler memiliki empat orang anak, Alexandra dan Kurt. Keduanya menjadi
psikiater melanjutkan kerja ayahnya, Valentine (Vali), meninggal sebagai
tahanan politik di Uni Soviet sekitar tahun 1942, dan Cornelia (Nelly) yang
bercita-cita menjadi seniman. Adler
meninggal pada tanggal 28 Mei 1937, di Aberdeen Skotlandia.
Pendahuluan
Bagi Teori Adlerian
Bagi Adler, manusia dilahirkan
dengan tubuh yang lemah dan inferior – sebuah kondisi yang mengarah pada
perasaan-perasaan inferioritas dan ketergantungan pada orang lain. Oleh karena
itu, suatu perasaan menyatu pada orang lain (kepedulian sosial) sangat inheren
dalam manusia dan menjadi standar tertinngi kesehatan psikologis. Nada utama
teori Adlerian dapat dituliskan dalam sebuah kerangka pendek, yakni sebagai
berikut :
1. Satu-satunya kekuatan dinamis dibalik
perilaku manusia adalah perjuangan menuju keberhasilan atau keunggulan
2. Persepsi-persepsi subjektif manusia
membentuk perilaku dan kepribadian mereka
3. Kepribadian merupakan sebuah kesatuan dan
konsisten dalam diri
4. Nilai semua aktivitas manusia harus dilihat
dari sudut pandang kepedulian sosial
5. Struktur kepribadian yang selalu konsisten
dalam diri ini berkembang menjadi gaya hidup pribadi tersebut
6. Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif
manusia
Perjuangan
Menuju Keberhasilan Atau Keunggulan
Adler memperkenalkan istilah
perjuangan menuju keberhasilan untuk melukiskan tindakan-tindakan manusia yang
dimotivasikan oleh kepedulian sosial yang tinggi (Adler, 1956).
Tujuan
Akhir (Final Goal)
Untuk memperjuangkan tujuan
akhir, manusia menciptakan dan mengejar banyak tujuan pendukung. Beberapa sub
tujuan ini sering kali disadari namun, hubungan antara beberapa sub tujuan
dengan tujuan akhir biasanya tidak tampak. Namun jika dilihat dari sudut
pandang tujuan akhir, semua tujuan pendukung ini akan bersesuaian satu sama
lain dengan pola yang selalu konsisten dalam dirinya.
Daya
Juang Sebagai Kompensasi (Striving Force As Compensation)
Daya-daya dari alam dan pengasuhan (nature and nurture) tidak pernah
dapat menghilangkan dari seseorang kekuatan untuk menetapkan suatu keunikan
tujuan atau tidak memaksakan padanya keunikan pilihan gaya untuk mencapai
tujuan tersebut (Adler, 1956). Adler mengidentifikasi dua bentuk umum
perjuangan. Pertama, upaya nonproduktif secara sosial untuk mencapai keunggulan
pribadi. Kedua, melibatkan kepedulian sosial dan ditujukan bagi kesuksesan atau
kesempurnaan bagi setiap orang.
Perjuangan Menuju
Keunggulan Pribadi (Stiving For Personal Superiority)
Suatu bentuk kepedulian sosial yang dilakukan semata-mata hanya
untuk melayani diri (self-serving) dan termotivasi oleh kompensasi yang berlebihan
(overcompensation) terhadap perasaan-perasaan keunggulan pribadi yang
dilebih-lebihkan (exaggerated feelings of personal superiority).
Perjuangan Menuju
Keberhasilan (Striving For Success)
Orang-orang yang secara psikologis sehat adalah orang-orang yang
tindakan-tindakannya murni termotivasi oleh kepedulian sosial dana keberhasilan
seluruh umat manusia. Individu yang sehat ini lebih memperhatikan tujuan-tujuan
yang melampaui kenyamanan diri mereka, sanggup membantu orang lain tanpa
menuntut atau mengharapkan pujian pribadi, dan sanggup melihat orang lain bukan
sebagai musuh melainkan sebagai manusia biasa yang dengannya mereka dapat
bekerja sama demi kemaslahatan sosial (social benefit). Keberhasilan mereka
tidak dicapai dengan mengorbankan orang lain, melainkan lebih merupakan
kecenderungan alamiah untuk bergerak menuju penyelesaian atau penyempurnaan.
Orang-orang ini melihat masalah mereka sehari-hari dari sudut pandang
perkembangan masyarakat itu sendiri. Pemahaman mereka tentang nilai suatu pribadi
dilandasi oleh konstribusi pribadi tersebut bagi masyarakat manusia. Kemajuan
sosial lebih penting ketimbang pujian pribadi (Adler, 1956).
PERSEPSI-PERSEPSI
SUBJEKTIF (SUBJECTIVE PERCEPTIONS)
Perjuangan manusia menuju keunggulan atau keberhasilan adalah
kompensasi bagi perasaan-perasaan inferioritasnya. Cara-cara mereka berjuang
tidak dibentuk oleh realitas melainkan oleh persepsi-persepsi subjektif
terhadap realitas.
Fiksionalisme
Gagasan Adler mengenai fiksionalisme berakar dari buku Hans Vaihinger The Philosophy of’ As If’ (1911/1925).
Vaihinger yakin kalau fiksi merupakan ide-ide yang tidak memiliki eksistensi
riil. Naamun, mereka mempengaruhi manusia seolah-olah (“as-if”) ide-ide itu
benar-benar eksis. Fiksi menuntun sebagian besar hidup kita. Manusia dimotivasi
bukan oleh apa yang benar melainkan oleh persepsi subjektif mereka tentang apa
yang benar. Penekanan Adler tentang fiksi ini konsisten dengan keyakinannya
yang kuat terhadap konsep teleologis motivasi. Teleologi adalah sebuah
penjelasan tentang perilaku seolah-olah dia muncul dari suatu sebab spesifik.
Teleologi lebih menyoroti tujuan atau kondisi akhir di masa depan, sementara
kausalitas lebih menyoroti pengalaman-pengalaman masa lalu yang menghasilkan
beberapa efek di masa kini. Pandangan Freud tentang motivasi bersifat
kausalitas – dia percaya manusia didorong oleh peristiwa-peristiwa masa lalu
yang mengaktifkan perilaku saat ini. Sebaliknya Adler mengadopsi pandangan
teleologis dimana manusia termotivasikan
oleh persepsi-persepsi saat ini mereka tentang masa depan. Sebagai
fiksi, persepsi-persepsi ini tidak harus selalu disadari atau dipahami. Namun
begitu, mereka memberikan suatu tujuan bagi semua tindakan manusia dan
bertanggung jawab bagi pola konsisten yang mengemuka di seluruh hidup mereka.
Inferioritas Fisik
Adler (1929/1969) menegaskan bahwa seluruh raga manusia “diberkati”
dengan inferioritas organ-organ tubuhnya. Kelemahan dan cacat fisik ini
sebenarnya sedikit saja memiliki makna penting bagi mereka, atau mungkin tidak
sama sekali. Namun dia akan menjadi bermakna jika dapat menstimulasikan
perasaan-perasaan subjektif tentang inferioritas, yang berfungsi sebagai sebuah
impetus menuju penyelesaian dan perlengkapan. Beberapa orang mengkompensasikan
perasaan-perasaan inferioritas ini dengan bergerak menuju kesehatan psikologis
dan gaya hidup yang berguna sementara yang lain mengkompensasikan secara
berlebih-lebihan dan dimotivasikan untuk menguasai orang lain atau mundur dari
hadapan mereka. Adler (1929/1969) menekankan bahwa kelemahan-kelemahan fisik
saja tidak menyebabkan gaya hidup tertentu; kelemahan fisik secara sederhana
menyediakan bagi motivasi pada saat ini untuk mencapai suatu tujuan di masa
depan. Motivasi, seperti halnya semua aspek kepribadian, disatukan dan konsisten
di dalam dirinya.
KESATUAN DAN KONSISTENSI
DALAM DIRI KEPRIBADIAN (UNITY AND SELF-CONSISTENCY OF PERSONALITY)
Adler (1956) menemukan beberapa ciri operasi secara keseluruhan
dengan kesatuan dn konsistensi diri ini. Ciri pertama disebutnya bahasa organ
tubuh, atau dialek organ tubuh.
Dialek Organ Tubuh (Organ
Dialect)
Menurut Adler (1956), sebuah pribadi secara keseluruhan berjuang
dengan cara yang konsisten dalam dirinya menuju satu tujuan tunggal, dan semua
tindakan dan fungsi yang berbeda-beda ini bisa dipahami hanya sebagai bagian
dari tujuan ini. Gangguan terhadap salah satu bagian tubuh tidak bisa dilihat
secara terpisah karena gangguan ini mempengaruhi seluruh kepribadian. Pada
kenyataannya, organ tubuh yang cacat memang menjadi arah tujuan individu,
sebuah kondisi yang disebutnya sebagai dialek organ tubuh.
Alam Sadar Dan Alam Bawah
Sadar
Adler (1956) mendefinisikan alam bawah sadar sebagai bagian dari
tujuan yang tidak terumuskan dengan jelas atau tidak sepenuhnya dimengerti
individu. Dengan definisi ini, Adler menghindari dikotomi antara alam bawah
sadar dan alam sadar Freudian yang kontradiktif, karena baginya kedua alam ini
merupakan dua bagian dari satu kesatuan sistem yang sama dan saling bekerja
sama. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran yang dimengerti dan dijadikan
individu sebagai bantuan berharga bagi perjuangannya menuju keberhasilan,
sementara pikiran-pikiran bawah sadar adalah pikiran yang tidak dapat
membantunya secara langsung.
KEPEDULIAN SOSIAL (SOCIAL
INTEREST)
Istilah kepedulian sosial berarti rasa persatuan dengan semua umat
manusia; hal ini menyatakan secara tidak langsung keanggotaan dalam komunitas
sosial seluruh manusia. Kepedulian sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah
sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap
anggota komunitas manusia. Dia memanifestasikan diri sebagai kerja sama dengan
orang lain demi kemajuan sosial, lebih daripada perolehan pribadi semata
(Adler, 1964). Kepedulian sosial adalah kondisi alamiah spesies manusia dan perekat
yang mengikat masyarakat secara bersama-sama (Adler, 1927). Inferioritas
alamiah individu adalah prasyarat utama bagi penyatuan bersama seluruh manusia
ketika membentuk sebuah masyarakat. Kepedulian sosial, merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk melindungi spesies manusia.
Asal Usul Kepedulian
Sosial
Kepedulian sosial berasal sebagai “potensi” dalam diri setiap orang
namun, dia harus dikembangkan lebih dulu sebelum dapat memberikan konstribusi
bagi gaya hidup yang berdaya guna. Dia berakar dari hubungan ibu-anak selama
bulan-bulan awal masa bayi. Setiap orang yang bertahan melewati masa bayi
sebenarnya dipertahankan hidupnya oleh pribadi keibuan (mother-ing person) yang
juga menanamkan sejumlah kepedulian sosial dalam dirinya. Adler (1956) yakin
bahwa efek-efek dari lingkungan sosial awal amat penting. Hubungan seseorang
anak dengan ibu dan ayahnya begitu kuat sampai-sampai mengikis efek-efek
hereditas. Adler percaya bahwa setelah usia lima tahun, efek-efek hereditas
menjadi terburamkan oleh pengaruh kuat lingkungan sosial anak. Pada saat itu,
kekuatan-kekuatan lingkungan telah memodifikasi atau membentuk hampir setiap
aspek kepribadian seorang anak.
Pentingnya Kepedulian
Sosial
Kepedulian sosial adalah tongkat pengukur Adler untuk menentukan kesehatan
psikologis seseorang dan “satu-satunya kriteria bagi nilai-nilai manusia”
(Adler, 1927, hlm. 167). Menurut Adler, kepedulian sosial adalah satu-satunya
alat yang digunakan untuk menilai harga sebuah pribadi. Sebagai barometer
normalitas, dia menjadi standar yang digunakan untuk menentukan daya guna
sebuah kehidupan. Kepedulian sosial tidak sama dengan kedermawanan (charity)
dan ketidakegoisan (unselfishness). Tindakan-tindakan filantropis dan kebaikan
hati bisa saja dimotivasikan atau tidak dimotivasikan oleh kepedulian sosial.
Semua orang memiliki perasaan-perasaan inferioritas, dan semua perangkat tujuan
akhir dimulai sekitar usia empat atau lima tahun. Individu yang tidak sehat
secara psikologis akan mengembangkan perasaan-perasaan inferioritas secara
berlebihan dan berusaha mengkompensasikannya dengan menetapkan tujuan yang
berbentuk keunggulan pribadi. Mereka lebih termotivasi oleh pencapaian pribadi
daripada kepedulian sosial, sementara manusia yang sehat termotivasi oleh
perasaan-perasaan normal ketidaklengkapannya dan tingkat kepedulian sosial yang
tinggi.
GAYA HIDUP (STYLE OF LIFE)
Gaya hidup adalah istilah yang digunakan Adler untuk mengacu kepada
warna kehidupan seseorang. Ini mencakup tujuan pribadi, konsep-diri, perasaan
terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah produk dari
interaksi hereditas, lingkungan, dan gaya kreatif pribadi. Gaya hidup sebuah
pribadi mulai terbangun pada usia empat atau lima tahun. Setelah usia tersebut,
semua tindakan kita berfluktuasi di seputar gaya hidup kita yang berusaha
mencapai kesatua-diri tersebut. Individu yang tidak sehat secara psikologis
sering kali mengarah pada kehidupan yang tidak fleksibel, ditandai oleh
ketidakmampuan memilih cara-cara baru bereaksi terhadap lingkungannya.
Sebaliknya, pribadi yang sehat secara psikologis bersikap dengan cara yang
beragam dan fleksibel dengan gaya hidup yang kompleks, kaya dan selalu berubah.
Manusia yang sehat melihat banyak cara untuk berjuang menuju keberhasilan dan
terus berusaha menciptakan opsi-opsi baru bagi diri sendiri. Manusia dengan
gaya hidup sehat dan berguna secara sosial mengekspresikan kepedulian sosial
mereka lewat tindakan. Adler (1956) percaya bahwa manusia dengan gaya hidup
yang berguna secara sosial mereka mempresentasikan bentuk tertinggi kemanusiaan
dalam proses evolusi dan akan mampu menguasai dunia masa depan.
DAYA KREATIF (CREATIVE
POWER)
Setiap pribadi, kata Adler, diperkuat oleh kebebasan untuk
menciptakan gaya hidupnya sendiri. Daya kreatif menempatkan mereka dalam
kendali hidup mereka sendiri, bertanggung jawab dalam tujuan akhir, menentukan
metode perjuangan untuk mencapai tujuan tersebut, dan memberikan kontribusi
bagi perkembangan kepedulian sosial. Daya kreatif merupakan sebuah konsep
dinamis yang mengimplikasikan gerakan, dan gerakan ini adalah karakteristik
hidup yang paling penting. Semua kehidupan psikis mencakup gerakan menuju
sebuah tujuan, gerakan dengan sebuah arah (Adler, 1964).
Adler (1956) mengakui pentingnya hereditas dan lingkungan dalam
membentuk kepribadian. Namun begitu, manusia jauh lebih daripada produk
hereditas dan lingkungan. Mereka adalah makhluk-makhluk kreatif yang tidak
hanya bereaksi terhadap lingkungan namun, juga bertindak di dalamnya, yang
menyebabkan lingkungan bereaksi kembali pada mereka.
Perkembangan Abnormal
Adler percaya manusia adalah apa yang mereka bentuk
sendiri. Daya kreatif mendukung manusia dalam batas- batas tertentu, dengan
kebebasan untuk menjadi sehat atau tidak sehat secara psikologis, dan untuk
menjalani gaya
hidup yang berguna atau tidak berguna.
Deskripsi Umum
Satu faktor yang melandasi semua jenis perilaku
menyimpang ( maladjustment) adalah kepedulian sosial, para penderita neurotik
cenderung :
- menetapkan tujuan akhir terlalu
tinggi
- hidup di dunia pribadi mereka
sendiri
- memiliki gaya hidup yang kaku dan dogmatis
Tujuan yang kelewat batas dan tidak realistis menjadikan
mereka berperilaku dogmatis dan menjauhkan mereka dari komunitas manusia lain
karena membutuhkan perjuangan yang lebih ketat.
Faktor – Faktor Eksternal
Perilaku Menyimpang
- Kelemahan fisik yang
dibesar-besarkan
Setiap pribadi selalu mempunyai kelemahan-kelemahan
fisik tertentu yang selalu mengarah kepada perasaan-perasaan inferioritas.
Mereka cenderung sibuk memperhatikan diri sendiri dan kurang memperhatikan
orang lain. Rasa takut sudah mengalahkan mereka lebih daripada hasrat untuk
mencapai keberhasilan, dan mereka begitu yakin bahwa masalah-masalah utama
mereka hanya dapat dipecahkan dengan cara-cara egoistik.
- Gaya Hidup yang Manja
Mereka sering kali mengharapkan orang lain memerhatikan,
melindungi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Merekan dicirikan oleh
kepengecutan ekstrem, ketidaktajaman menganalisis, terlalu sensitive, tidak
sabar, dan memiliki emosi yang berlebih-lebihan, khususnya rasa cemas.
Anak-anak manja tidak menerima cinta terlalu banyak,
tapi mereka merasa tidak dicintai. Orang tua mereka memperlihatkan kurangnya
cinta dengan berbuat terlalu banyak bagi meraka dan dengan memperlakukan
seolah-olah mereka tidak sanggup menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri.
- Gaya hidup
yang tertolak
Penolakan adalah konsep yang agak relatif. Tak
seorangpun merasakan tertolak secara total. Anak-anak yang merasa tidak
dicintai, tidak diinginkan, teraniaya dan tidak diperlakukan dengan benar
mengambangkan sedikit saja kepedulian social dan cenderung menciptakn gaya hidup yang tertolak.
Mereka memiliki sedikit kepercayaan pada diri sendiri, tidak percaya pada orang
lain dan tidak sanggup bekerjasama. Mereka memiliki rasa curiga yang berlebih
sehingga memandang masyarakat sebagai musuh dan merasa iri terhadap
keberhasilan orang lain.
Kecenderungan-kecenderungan Melindungi Diri ( Safeguarding
Tendencies )
Konsep kecenderungan melindungi diri
bisa dibandingkan dengan konsep mekanisme pertahanan ego Freud. Yang mendasar
bagi keduanya adalah gagasan bahwa simton-simton dibentuk sebagai perlindungan
diri terhadap kecemasan. Namun ada beberapa perbedaan penting yaitu
Mekanisme pertahanan ego Freud beroperasi di alam bawah
sadar untuk melindungi ego dari kecemasan dan bersifat umum.
Sementara melindumgi diri Adlerian sebagian besar
disadari demi melindungi harga diri seseorang yang rapuh dari penghinaan public
dan hanya dalam konstruksi simtom-simtom neurotic.
Ada 3 kecenderungan
melindungi diri secara umum yaitu :
- Berdalih (Excuses)
Tipikal berdalih terekspresikan dalam format “Ya,
tetapi” atau “Jika saja”. Contohnya : “ Ya, saya ingin kuliah, tetapi anak-anak
saya menuntut banyak perhatian.” “Jika saja suami saya lebih mendukung, karier
saya tentu akan menanjak lebih cepat.”
Dalih-dalih ini melindungi rasa percaya diri yang lemah,
namun dibuat seolah-olah tinggi dan menipu orang lain untuk percaya bahwa diri
mereka lebih unggul/superior daripada yang sebenarnya.
- Agresi
Beberapa orang melakukan agresi untuk melindungi
kompleks keunggulan mereka yang berlebih-lebihan yaitu dengan melindungi rasa
percaya diri mereka yang rapuh. Agresi bisa berbentuk :
-
Penyombongan diri
(depreciation) : kecenderungan untuk merendahkan keberhasilan orang lain dan
melebih-lebihkan prestasinya sendiri.
-
Pengkambing-hitaman
(accusation) : kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas kegagalan
dirinya dan berusaha mencari kesempatan untuk membalasnya agar dapat melindungi
rasa percaya dirinya yang rapuh.
-
Penuduhan-diri (self-accusation)
: kecenderungan untuk merendahkan diri sendiri agar memunculkan penderitaan
bagi orang lain sembari melindungi rasa percaya diri mereka yang yang lemah.
- Menarik Diri (Withdrawal)
Ada 4 model perlindungan lewat menarik diri yaitu :
-
Mundur ke belakang (moving
backward) : kecenderungan untuk melindungi tujuan keunggulan fiksional
seseorang dengan mundur secara psikologis ke periode kehidupan yang lebih aman.
Mundur kebelakang dirancang untuk meraih simpati, sikap menawarkan kebaikan
namun esensinya merusak, khas perilaku anak-anak manja.
-
Diam di tempat (standing still)
: kecenderungan untuk diam di tempat tidak bergerak kea rah manapun untuk
menghindari tanggung jawab apapun agar dapat melindungi diri dari ancaman
kegagalan.
-
Ragu-ragu (hesitating) : merasa
tidak pasti ketika dihadapkan dengan masalah-masalah yang sulit.
-
Menjadi Pengamat (constructing
obstacle) : mereka melindungi harga diri dan prestise mereka, jika mereka gagal
menaklukkan rintangan, mereka dapat selalu memiliki kesempatan untuk berdalih.
Protes Maskulin
Kehidupan psikis perempuan pada esensinya sama dengan
laki-laki dan bahwa masyarakat yang didominasi laki-laki bukan sesuatu yang
alamiah melainkan lebih merupakan produk artificial perkembangan sejarah.
Sejak dini laki-laki diajarkan menjadi maskulin berarti
menjadi berani, kuat, dan dominant. Sebaliknya anak perempuan seringkali
belajar menjadi pasif dan menerima posisi inferior di masyarakat. Beberapa
perempuan yang memperjuangkan peran femininnya, mengembangkan orientasi maskulin
tapi ada juga yang memilih mundur kepada keyakinan bahwa mereka memang manusia
lemah, mengakui posisi laki-laki yang diistimewakan dengan mengalihkan
tanggungjawab kepada mereka. Ini merupakan hasil dari pengaruh cultural dan
social, bukannya dari perbedaan fisik yang inheren diantara kedua jenis kelamin
tersebut.
Aplikasi dari Psikologi
Individual
Ada 4 wilayah implementasi psikologi individu yaitu :
- Konstelasi Keluarga
Dalam terapinya Adler selalu menanyakan konstelasi
keluarga pasien yaitu urutan kelahiran mereka, jenis kelamin saudara kandung
dan perbedaan usia diantara mereka.
Sifat-sifat anak akibat urutan kelahiran :
Sifat positif
|
Urutan kelahiran
|
Sifat negative
|
Memerhatikan dan melindungi
orang lain
Pengorganisasi yang baik
|
Anak Sulung
|
Penuh kecemasan yang
berlebihan
Kebencian tidak sadar
Memaksakan diri untuk
diterima
Harus selalu menjadi “benar”
sementara yang lain selalu “keliru”
Sangat kritis terhadap orang
lain
Tidak kooperatif
|
Sangat
termativasi
Kooperatif
Sangat
kompetitif
|
Anak Kedua
|
Bersaing secara moderat
Mudah putus asa
|
Memiliki
ambisi yang realistik
|
Anak Bungsu
|
Gaya hidup manja
Bergantung pada orang lain
Ingin sempurna dalam segala
sesuatu
Memiliki ambisi yang tidak
realistic
|
Dewasa
secara sosial
|
Anak Tunggal
|
Perasaan unggul yang
berlebihan
Perasaan kooperatif yang
rendah
Pemahaman diri yang
dilebih-lebihkan
Gaya hidup manja
|
- Rekoleksi- Rekoleksi Awal
Meskipun Adler percaya bahwa
memori-memori yang diingat kembali dapat memberinya petunjuk untuk memahami gaya hidup pasien, namun tidak menganggap memori –memori
ini penyebab gaya
hidup tersebut. Karena pengalaman yang diingat kembali bisa berkaitan dengan
realitas objektif, atau hanya fantasi belaka yang tidak begitu penting. Manusia
merekonstruksi ulang peristiwa-peristiwa untuk membuat mereka tetap konsisten
dengan suatu tema atau pola yang terus dijalaninya di sepanjang hidup mereka.
Adler menekankan pada
rekoleksi-rekoleksi awal selalu konsisten dengan gaya
hidup sekarang dan bahwa pemahaman subjektif mereka terhadap
pengalaman-pengalaman ini menghasilkan sejumlah petunjuk untuk memahami tujuan
akhir maupun gaya
hidup mereka saat ini.
Adler percaya bahwa pasien dengan
tingkat kecemasan tinggi akan sering memproyeksikan gaya hidup mereka saat ini ke dalam memori
pengalaman kanak-kanak mereka tentang peristiwa yang menakutkan dan menimbulkan
kecemasan. Sebaliknya orang yang penuh percaya diri cenderung mengingat memori
yang berisi hubungan-hubungan menyenangkan dengan orang lain. Dikeduanya,
pengalaman awal tidak menentukan gaya
hidup. Tapi sebaliknyalah yang benar yaitu rekoleksi-rekoleksi pengalaman awal
malah dibentuk oleh gaya
hidup saat ini.
- Mimpi-Mimpi
- Psikoterapi
Menurut Adler mimpi menipu diri sendiri (self
deception) dan tidak bisa mudah dipahami bahkan oleh pemimpi sendiri. Mimpi
menyamar untuk bias membohongi pemimpi, membuat penginterpretasian oleh diri
sendiri (self-interprettation) tidak mudah. Semakin tujuan individu
tidak konsisten dengan realitas , semakin banyak mimpi digunakan menipu si pemimpi.
Psikoterapi
Teori Adlerian mempostulasikan
bahwa psikopatologi berasal dari kekurangberanian, perasaan inferioritas yang
berlebih-lebihan, dan kepedulian social yang tidak berkembang penuh. Karena
itu, tujuan utama psikoterapi Adlerian adalah meningkatkan keberanian,
mengurangi perasaan inferioritas yang berlebihan, dan memperbesar kepedulian
social. Namun, tugas ini tidaklah mudah karena pasien berjuang keras
mempertahankan kondisi seperti ini, sebuah pandangan yang nyaman tentang diri
mereka sendiri.
Adler sering menggunakan moto,
“setiap orang dapat mencapai segala sesuatu.” Kecuali keterbatasan-keterbatasan
tertentu yang sudah ditentukan oleh heriditas, dia sangat yakin terhadap maksim ini dan berulang kali
menekankan bahwa apa yang dilakukan manusia dengan apa yang dilakukan manusia
dengan apa yang ada pada mereka lebih penting daripada apa yang mereka miliki.
Adler menemukan metode terapi
yang unik bagi anak-anak bermasalah dengan menangani mereka langsung di hadapan
orangtua, guru, dan pekerja medis professional. Adler percaya bahwa prosedur
ini akan meningkatkan kepedulian social anak-anak dengan mengizinkan mereka
untuk merasakan bahwa mereka untuk merasakan bahwa mereka menjadi milik
kesayangan sebuah komunitas orang dewasa yang penuh perhatian. Adler sangat
berhati-hati untuk tidak menyalahkan orangtua atas kenakalan anak-anak mereka.
Karena itu, dia juga berusaha membangkitkan kepercayaan diri orangtua dengan
meyakinkan agar mereka juga mengubah beberapa perilaku terhadap anak mereka.
Riset-Riset
Terkait
A.
Kepedulian
Social Dan Tindakan Criminal
Adler menulis tentang kegagalan-kegagalan hidup, yaitu
kecenderungan menjadi penderita neurotic, psikotik, dan criminal. Lebih jauh
dia yakin kalu orang-orang ini sama-sama memiliki tingkat kepedulian yang
rendah-sebuah barometer bagi kenormalan dan satu-satunya criteria bagi nilai
seorang manusia.
B.
Rekoleksi
Awal Dan Watak Kepribadian
Riset
mengenai asosiasi antara rekoleksi awak dan watak kepribadian pada saat kini
(gaya hidup) biasanya menggunakan satu dari dua instrument berikut ini—manaster-perryman
manifest content early recollection scoring manual (Manaster &
Perryman, 1974,1979), atau comprehensive early memory scoring system (Last,
1983)
Riset
ini menunjukkan sebuah relasi yang konsisten antara rekoleksi-rekoleksi awal
dan beragam watak kepribadian.
C.
Rekoleksi
Awal Dan Hasil-Hasil Psikoterapi
Jika rekoleksi awal adalah rekonstruksi fiksional yang
disesuaikan dengan perubahan gaya hidup itu sendiri.
Kritik
Terhadap Adler
Teori Adler, seperti Freud menghasilkan banyak konsep yang
tidak mudah diverifikasi maupun difalsifikasikan. Fungsi lain teori yang
berdaya guna adalah membangkitkan riset, dan mengenai criteria ini, teori Adler
berada pada tingkat di atas rata-rata. Banyak riset yang tertarik pada
psikologi individu sudah meneliti rekoleksi-rekoleksi awal, kepedulian social,
dan gaya hidup.
Konsep daya kreatif memang sangat menarik. Mungkin banyak
orang percaya bahwa mereka memang disusun dari sesuatu yang lebuh dari sekedar
unteraksi hereditas dan lingkungan. Banyak orang secara intuitif merasa bahwa mereka memiliki beberapa unsure
dalam jiwa mereka (jiwa, ego, diri, daya kreatif).
Konsep Kemanusian/Kesimpulan
Adler percaya bahwa pada dasarnya manusia adalah penentu
dirinya sendiri (self determined) dan bahwa mereka membentuk kepribadian dari
makna yang mereka berikan kepada pengalaman-pengalaman mereka. Material
bangunan kepribadian ini disediakan oleh hereditas dan lingkungan, namun daya
kreatif membentuk material iini dan menjadikannya berguna. Adler sering
menekankan bahwa kegunaan yang dibangun dari kemampuan-kemampuan diri sendiri
lebih penting daripada jumlah kemampuan itu. Hereditas memberkati manusia
dengan kemampuan tertentu dan lingkungan memberi beberapa kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut namun, pada akhirnya manusia itu
sendiri yang harus bertanggung jawab dengan penggunaan kemampuan-kemampuan
tersebut.
Manusia bergerak maju, dimotivasikan oleh tujuan di depan
lebih daripada insting-insting bawaan atau daya-daya kausal. Tujuan-tujuan masa
depan ini sering kali ketat dan tidak realistic namun, kebebasan pribadi
manusia mengizinkan mereka membentuk ulang tujuan-tujuan mereka, dan karenanya
mengubah hidup mereka. Manusia menciptakan kepribadiannya dan sanggup mengubah
kepribadiannya tersebut. Manusia menciptakan kepribadiannya sendiri dan sanggup
merubah kepribadian tersebut dengan mempelajari sikap-sikap baru.
Sikap-sikap ini menjadi pedoman bagi pemahaman bahwa
perubahan bisa terjadi, bahwa tak seorang pun atau kondisi apapun bertanggun
jawab bagi “siapa dirinya” dan bahwa tujuan-tujuan pribadi harus
disubordinasikan pada kepedulian social.
Adler paercaya bahwa pada akhirnya manusia bertanggung jawab
atas kepribadian mereka sendiri. Daya kreatif manusia sanggup mentranformasi
perasaan-perasaan tidak tepat menjadi kepedulian social maupun tujuan
keunggulan pribadi yang berpusat pada diri sendiri. Kemampuan ini berarti
manusia tetap bebas untuk memilih antara sehat secara psikologis atau
neurotisisme. Adler menganggap pembatasan pada diri sendiri sebagai patologi
sedangkan kepedulian social yang kuat sebagai standar kedewasaan psikologis.
Manusia yang sehat memiliki tingkat kepedulian sosial tinggi namun, di
sepanjang hidup, manusia masih tetap bebas untuk menerima atau menolak
normalitas dan menjadi apa yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, J., & Fiest, G. J.
(2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Belajar.