Selasa, 01 Mei 2012

Alfred Adler

Sekilas Psikologi Individual
Alfred adler bukanlah seorang teoritis atau seorang abnormal yang didorong oleh kegilaannya karena ambisi.  Psikologi social miliknya menyajikan sebuah pandangan yang optimistic tentang manusia dengan menitikberatkan pada konsep kepedulian sosial (social interest).
Adler adalah anggota asli lingkaran kecil dokter Wina yang bertemu di rumah Freud setiap Rabu sore untuk membahas topik-topik psikologis.  Namun ketika perbedaan-perbedaan teoritis dan personal antara Adler dan Freud semakin lebar, Adler meninggalkan lingkaran Freud dan membangun sebuah teori yang sama sekali berlawanan.  Teori ini dikenal sebagai psikologi individu.

Biografi Alfred Adler
Alfred adler lahir pada 7 Februari 1870 di Rudolf sheim, sebuah desa kecil dekat Wina.  Ibunya, Pauline, adalah ibu rumah tangga pekerja keras yang sibuk mengasuh ketujuh orang anaknya.  Ayahnya, Leopold, pedagang gandum berkebangsaan Yahudi kelas menengah yang berasal dari Hungaria.  Ketika masih kecil, fisik Adler sangat lemah dan sakit-sakitan, dan pada usia lima tahun dia hampir meninggal akibat pneumonia.
Kesehatan Adler yang lemah berbeda tajam dengan kondisi kakak laki-lakinya, Sigmund.  Sigmund Adler, saingan masa kanak-kanak yang berusaha dikalahkan Adler kecil, adalah lawan yang sangat tangguh, bahkan bertahun-tahun kemudian dia menjadi sangat berhasil dalam bisnisnya sehingga membantu Alfred secara keuangan.
            Hidup Freud dan Adler memiliki beberapa pararel yang menarik.  Meskipun kedua laki-laki itu lahir dari orangtua Yahudi Wina kelas menengah ke bawah, tak satu pun yang beragama Yahudi dengan sungguh-sungguh.  Freud masih lebih menyadari keyahudiannya ketimbang Adler dan sering kali merasa dirinya teraniaya akibat latar belakang keyahudiannya.  Adler tidak pernah mengeluh diperlakukan tidak adil, dia malah beralih ke Protestanisme.
            Seperti Freud, Adler juga memiliki adik laki-laki  yang meninggal sewaktu bayi.  Freud dari pengakuannya sendiri, telah mengharapkan dibawah sadarnya akan kematian, Freud dipenuhi oleh rasa bersalah danselalu mengintrospeksi dirinya.  Sebaliknya Adler tampaknya memiliki alasan lebih kuat untuk mengalami trauma lantaran kematian adik laki-lakinya.
            Adler tertarik kepada hubungan- hubungan sosial, dimana saudara kandung dan rekan-rekan sebayanya memainkan peran penting bagi perkembangan masa kanak-kanaknya.  Sebaliknya freud lebih dekat secara emosional dengan orangtua khususnya ibu.
            Adler lulus dari sekolah dasar tanpa mengalami kesulitan atau diskriminasi.  Namun ketika memasuki Gymnasium sebagai persiapan menuju sekolah kedokteran, dia hanya mencapai prestasi pas-pasan sampai-sampai ayahnya mengancam untuk memindahkan dia dari sekolah dan menyuruhnya menjadi pembuat sepatu salju saja.
            Karena ayahnya lahir di Hungaria, adler berkewajiban ikut tugas militer dalam angkatan perang Hungaria.  Adler menyelesaikan kewajiban itu dan kembali ke Wina untuk melanjutkan gelar doktornya.  Dia kemudian memulai praktik pribadi sebagai spesialis mata namun meninggalkan spesialasasi ini dan pindah ke psikiatri dan kedokteran umum.
            Freud mengundang Adler dan tiga dokter Wina lainnya agar hadir di kediaman Freud untuk mendiskusikan psikologi dan neuropatologi.  Kelompok ini dikenal sebagai Wednesday Psychological Society sampai tahun 1908 yang berubah namanya menjadi Vienna Psychoanalytic Society.  Tidak ada dari mereka yang mengakui perbedaan-perbedaan teoritis bahkan setelah Adler menerbitkan Study of Organ Inferiority and Its Psychical Compensation bahwa kelemahan-kelemahan fisik bukannya seks yang membentuk fondasi bagi motivasi tindakan manusia.
            Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, Adler sering mengunjungi Amerika Serikat tempat dia mengajar psikologi individu, dia menjadi warga tetap Amerika Serikat dan memegang posisi Profesor Tamu untuk Psikologi Medis di Long Island College of Medicine.
            Adler menikahi seorang perempuan Rusia yang sangat mandiri, Raissa Epstein, pada Desember 1897. Raissa merupakan salah satu feminis pertama dan jauh lebih terlibat dalam politik ketimbang suaminya.
            Raissa dan Adler memiliki empat orang anak, Alexandra dan Kurt. Keduanya menjadi psikiater melanjutkan kerja ayahnya, Valentine (Vali), meninggal sebagai tahanan politik di Uni Soviet sekitar tahun 1942, dan Cornelia (Nelly) yang bercita-cita menjadi seniman. Adler meninggal pada tanggal 28 Mei 1937, di Aberdeen Skotlandia.



Pendahuluan Bagi Teori Adlerian
Bagi Adler, manusia dilahirkan dengan tubuh yang lemah dan inferior – sebuah kondisi yang mengarah pada perasaan-perasaan inferioritas dan ketergantungan pada orang lain. Oleh karena itu, suatu perasaan menyatu pada orang lain (kepedulian sosial) sangat inheren dalam manusia dan menjadi standar tertinngi kesehatan psikologis. Nada utama teori Adlerian dapat dituliskan dalam sebuah kerangka pendek, yakni sebagai berikut :
1.      Satu-satunya kekuatan dinamis dibalik perilaku manusia adalah perjuangan menuju keberhasilan atau keunggulan
2.      Persepsi-persepsi subjektif manusia membentuk perilaku dan kepribadian mereka
3.      Kepribadian merupakan sebuah kesatuan dan konsisten dalam diri
4.      Nilai semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang kepedulian sosial
5.      Struktur kepribadian yang selalu konsisten dalam diri ini berkembang menjadi gaya hidup pribadi tersebut
6.      Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif manusia

Perjuangan Menuju Keberhasilan Atau Keunggulan
Adler memperkenalkan istilah perjuangan menuju keberhasilan untuk melukiskan tindakan-tindakan manusia yang dimotivasikan oleh kepedulian sosial yang tinggi (Adler, 1956).

Tujuan Akhir (Final Goal)
Untuk memperjuangkan tujuan akhir, manusia menciptakan dan mengejar banyak tujuan pendukung. Beberapa sub tujuan ini sering kali disadari namun, hubungan antara beberapa sub tujuan dengan tujuan akhir biasanya tidak tampak. Namun jika dilihat dari sudut pandang tujuan akhir, semua tujuan pendukung ini akan bersesuaian satu sama lain dengan pola yang selalu konsisten dalam dirinya.

Daya Juang Sebagai Kompensasi (Striving Force As Compensation)
Daya-daya dari alam dan pengasuhan (nature and nurture) tidak pernah dapat menghilangkan dari seseorang kekuatan untuk menetapkan suatu keunikan tujuan atau tidak memaksakan padanya keunikan pilihan gaya untuk mencapai tujuan tersebut (Adler, 1956). Adler mengidentifikasi dua bentuk umum perjuangan. Pertama, upaya nonproduktif secara sosial untuk mencapai keunggulan pribadi. Kedua, melibatkan kepedulian sosial dan ditujukan bagi kesuksesan atau kesempurnaan bagi setiap orang.

Perjuangan Menuju Keunggulan Pribadi (Stiving For Personal Superiority)
Suatu bentuk kepedulian sosial yang dilakukan semata-mata hanya untuk melayani diri (self-serving) dan termotivasi oleh kompensasi yang berlebihan (overcompensation) terhadap perasaan-perasaan keunggulan pribadi yang dilebih-lebihkan (exaggerated feelings of personal superiority).

Perjuangan Menuju Keberhasilan (Striving For Success)
Orang-orang yang secara psikologis sehat adalah orang-orang yang tindakan-tindakannya murni termotivasi oleh kepedulian sosial dana keberhasilan seluruh umat manusia. Individu yang sehat ini lebih memperhatikan tujuan-tujuan yang melampaui kenyamanan diri mereka, sanggup membantu orang lain tanpa menuntut atau mengharapkan pujian pribadi, dan sanggup melihat orang lain bukan sebagai musuh melainkan sebagai manusia biasa yang dengannya mereka dapat bekerja sama demi kemaslahatan sosial (social benefit). Keberhasilan mereka tidak dicapai dengan mengorbankan orang lain, melainkan lebih merupakan kecenderungan alamiah untuk bergerak menuju penyelesaian atau penyempurnaan. Orang-orang ini melihat masalah mereka sehari-hari dari sudut pandang perkembangan masyarakat itu sendiri. Pemahaman mereka tentang nilai suatu pribadi dilandasi oleh konstribusi pribadi tersebut bagi masyarakat manusia. Kemajuan sosial lebih penting ketimbang pujian pribadi (Adler, 1956).

PERSEPSI-PERSEPSI SUBJEKTIF (SUBJECTIVE PERCEPTIONS)
Perjuangan manusia menuju keunggulan atau keberhasilan adalah kompensasi bagi perasaan-perasaan inferioritasnya. Cara-cara mereka berjuang tidak dibentuk oleh realitas melainkan oleh persepsi-persepsi subjektif terhadap realitas.

Fiksionalisme
Gagasan Adler mengenai fiksionalisme berakar dari buku Hans Vaihinger  The Philosophy of’ As If’ (1911/1925). Vaihinger yakin kalau fiksi merupakan ide-ide yang tidak memiliki eksistensi riil. Naamun, mereka mempengaruhi manusia seolah-olah (“as-if”) ide-ide itu benar-benar eksis. Fiksi menuntun sebagian besar hidup kita. Manusia dimotivasi bukan oleh apa yang benar melainkan oleh persepsi subjektif mereka tentang apa yang benar. Penekanan Adler tentang fiksi ini konsisten dengan keyakinannya yang kuat terhadap konsep teleologis motivasi. Teleologi adalah sebuah penjelasan tentang perilaku seolah-olah dia muncul dari suatu sebab spesifik. Teleologi lebih menyoroti tujuan atau kondisi akhir di masa depan, sementara kausalitas lebih menyoroti pengalaman-pengalaman masa lalu yang menghasilkan beberapa efek di masa kini. Pandangan Freud tentang motivasi bersifat kausalitas – dia percaya manusia didorong oleh peristiwa-peristiwa masa lalu yang mengaktifkan perilaku saat ini. Sebaliknya Adler mengadopsi pandangan teleologis dimana manusia termotivasikan  oleh persepsi-persepsi saat ini mereka tentang masa depan. Sebagai fiksi, persepsi-persepsi ini tidak harus selalu disadari atau dipahami. Namun begitu, mereka memberikan suatu tujuan bagi semua tindakan manusia dan bertanggung jawab bagi pola konsisten yang mengemuka di seluruh hidup mereka.

Inferioritas Fisik
Adler (1929/1969) menegaskan bahwa seluruh raga manusia “diberkati” dengan inferioritas organ-organ tubuhnya. Kelemahan dan cacat fisik ini sebenarnya sedikit saja memiliki makna penting bagi mereka, atau mungkin tidak sama sekali. Namun dia akan menjadi bermakna jika dapat menstimulasikan perasaan-perasaan subjektif tentang inferioritas, yang berfungsi sebagai sebuah impetus menuju penyelesaian dan perlengkapan. Beberapa orang mengkompensasikan perasaan-perasaan inferioritas ini dengan bergerak menuju kesehatan psikologis dan gaya hidup yang berguna sementara yang lain mengkompensasikan secara berlebih-lebihan dan dimotivasikan untuk menguasai orang lain atau mundur dari hadapan mereka. Adler (1929/1969) menekankan bahwa kelemahan-kelemahan fisik saja tidak menyebabkan gaya hidup tertentu; kelemahan fisik secara sederhana menyediakan bagi motivasi pada saat ini untuk mencapai suatu tujuan di masa depan. Motivasi, seperti halnya semua aspek kepribadian, disatukan dan konsisten di dalam dirinya.

KESATUAN DAN KONSISTENSI DALAM DIRI KEPRIBADIAN (UNITY AND SELF-CONSISTENCY OF PERSONALITY)
Adler (1956) menemukan beberapa ciri operasi secara keseluruhan dengan kesatuan dn konsistensi diri ini. Ciri pertama disebutnya bahasa organ tubuh, atau dialek organ tubuh.

Dialek Organ Tubuh (Organ Dialect)
Menurut Adler (1956), sebuah pribadi secara keseluruhan berjuang dengan cara yang konsisten dalam dirinya menuju satu tujuan tunggal, dan semua tindakan dan fungsi yang berbeda-beda ini bisa dipahami hanya sebagai bagian dari tujuan ini. Gangguan terhadap salah satu bagian tubuh tidak bisa dilihat secara terpisah karena gangguan ini mempengaruhi seluruh kepribadian. Pada kenyataannya, organ tubuh yang cacat memang menjadi arah tujuan individu, sebuah kondisi yang disebutnya sebagai dialek organ tubuh.

Alam Sadar Dan Alam Bawah Sadar
Adler (1956) mendefinisikan alam bawah sadar sebagai bagian dari tujuan yang tidak terumuskan dengan jelas atau tidak sepenuhnya dimengerti individu. Dengan definisi ini, Adler menghindari dikotomi antara alam bawah sadar dan alam sadar Freudian yang kontradiktif, karena baginya kedua alam ini merupakan dua bagian dari satu kesatuan sistem yang sama dan saling bekerja sama. Pikiran-pikiran sadar adalah pikiran yang dimengerti dan dijadikan individu sebagai bantuan berharga bagi perjuangannya menuju keberhasilan, sementara pikiran-pikiran bawah sadar adalah pikiran yang tidak dapat membantunya secara langsung.

KEPEDULIAN SOSIAL (SOCIAL INTEREST)
Istilah kepedulian sosial berarti rasa persatuan dengan semua umat manusia; hal ini menyatakan secara tidak langsung keanggotaan dalam komunitas sosial seluruh manusia. Kepedulian sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia. Dia memanifestasikan diri sebagai kerja sama dengan orang lain demi kemajuan sosial, lebih daripada perolehan pribadi semata (Adler, 1964). Kepedulian sosial adalah kondisi alamiah spesies manusia dan perekat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama (Adler, 1927). Inferioritas alamiah individu adalah prasyarat utama bagi penyatuan bersama seluruh manusia ketika membentuk sebuah masyarakat. Kepedulian sosial, merupakan prasyarat yang diperlukan untuk melindungi spesies manusia.



Asal Usul Kepedulian Sosial
Kepedulian sosial berasal sebagai “potensi” dalam diri setiap orang namun, dia harus dikembangkan lebih dulu sebelum dapat memberikan konstribusi bagi gaya hidup yang berdaya guna. Dia berakar dari hubungan ibu-anak selama bulan-bulan awal masa bayi. Setiap orang yang bertahan melewati masa bayi sebenarnya dipertahankan hidupnya oleh pribadi keibuan (mother-ing person) yang juga menanamkan sejumlah kepedulian sosial dalam dirinya. Adler (1956) yakin bahwa efek-efek dari lingkungan sosial awal amat penting. Hubungan seseorang anak dengan ibu dan ayahnya begitu kuat sampai-sampai mengikis efek-efek hereditas. Adler percaya bahwa setelah usia lima tahun, efek-efek hereditas menjadi terburamkan oleh pengaruh kuat lingkungan sosial anak. Pada saat itu, kekuatan-kekuatan lingkungan telah memodifikasi atau membentuk hampir setiap aspek kepribadian seorang anak.

Pentingnya Kepedulian Sosial
Kepedulian sosial adalah tongkat pengukur Adler untuk menentukan kesehatan psikologis seseorang dan “satu-satunya kriteria bagi nilai-nilai manusia” (Adler, 1927, hlm. 167). Menurut Adler, kepedulian sosial adalah satu-satunya alat yang digunakan untuk menilai harga sebuah pribadi. Sebagai barometer normalitas, dia menjadi standar yang digunakan untuk menentukan daya guna sebuah kehidupan. Kepedulian sosial tidak sama dengan kedermawanan (charity) dan ketidakegoisan (unselfishness). Tindakan-tindakan filantropis dan kebaikan hati bisa saja dimotivasikan atau tidak dimotivasikan oleh kepedulian sosial. Semua orang memiliki perasaan-perasaan inferioritas, dan semua perangkat tujuan akhir dimulai sekitar usia empat atau lima tahun. Individu yang tidak sehat secara psikologis akan mengembangkan perasaan-perasaan inferioritas secara berlebihan dan berusaha mengkompensasikannya dengan menetapkan tujuan yang berbentuk keunggulan pribadi. Mereka lebih termotivasi oleh pencapaian pribadi daripada kepedulian sosial, sementara manusia yang sehat termotivasi oleh perasaan-perasaan normal ketidaklengkapannya dan tingkat kepedulian sosial yang tinggi.


GAYA HIDUP (STYLE OF LIFE)
Gaya hidup adalah istilah yang digunakan Adler untuk mengacu kepada warna kehidupan seseorang. Ini mencakup tujuan pribadi, konsep-diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah produk dari interaksi hereditas, lingkungan, dan gaya kreatif pribadi. Gaya hidup sebuah pribadi mulai terbangun pada usia empat atau lima tahun. Setelah usia tersebut, semua tindakan kita berfluktuasi di seputar gaya hidup kita yang berusaha mencapai kesatua-diri tersebut. Individu yang tidak sehat secara psikologis sering kali mengarah pada kehidupan yang tidak fleksibel, ditandai oleh ketidakmampuan memilih cara-cara baru bereaksi terhadap lingkungannya. Sebaliknya, pribadi yang sehat secara psikologis bersikap dengan cara yang beragam dan fleksibel dengan gaya hidup yang kompleks, kaya dan selalu berubah. Manusia yang sehat melihat banyak cara untuk berjuang menuju keberhasilan dan terus berusaha menciptakan opsi-opsi baru bagi diri sendiri. Manusia dengan gaya hidup sehat dan berguna secara sosial mengekspresikan kepedulian sosial mereka lewat tindakan. Adler (1956) percaya bahwa manusia dengan gaya hidup yang berguna secara sosial mereka mempresentasikan bentuk tertinggi kemanusiaan dalam proses evolusi dan akan mampu menguasai dunia masa depan.

DAYA KREATIF (CREATIVE POWER) 
Setiap pribadi, kata Adler, diperkuat oleh kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnya sendiri. Daya kreatif menempatkan mereka dalam kendali hidup mereka sendiri, bertanggung jawab dalam tujuan akhir, menentukan metode perjuangan untuk mencapai tujuan tersebut, dan memberikan kontribusi bagi perkembangan kepedulian sosial. Daya kreatif merupakan sebuah konsep dinamis yang mengimplikasikan gerakan, dan gerakan ini adalah karakteristik hidup yang paling penting. Semua kehidupan psikis mencakup gerakan menuju sebuah tujuan, gerakan dengan sebuah arah (Adler, 1964).
Adler (1956) mengakui pentingnya hereditas dan lingkungan dalam membentuk kepribadian. Namun begitu, manusia jauh lebih daripada produk hereditas dan lingkungan. Mereka adalah makhluk-makhluk kreatif yang tidak hanya bereaksi terhadap lingkungan namun, juga bertindak di dalamnya, yang menyebabkan lingkungan bereaksi kembali pada mereka.

Perkembangan Abnormal
Adler percaya manusia adalah apa yang mereka bentuk sendiri. Daya kreatif mendukung manusia dalam batas- batas tertentu, dengan kebebasan untuk menjadi sehat atau tidak sehat secara psikologis, dan untuk menjalani gaya hidup yang berguna atau tidak berguna.

Deskripsi Umum
Satu faktor yang melandasi semua jenis perilaku menyimpang ( maladjustment) adalah kepedulian sosial, para penderita neurotik cenderung :
  1. menetapkan tujuan akhir terlalu tinggi
  2. hidup di dunia pribadi mereka sendiri
  3. memiliki gaya hidup yang kaku dan dogmatis  
Tujuan yang kelewat batas dan tidak realistis menjadikan mereka berperilaku dogmatis dan menjauhkan mereka dari komunitas manusia lain karena membutuhkan perjuangan yang lebih ketat.

Faktor – Faktor Eksternal Perilaku Menyimpang
  1. Kelemahan fisik yang dibesar-besarkan
Setiap pribadi selalu mempunyai kelemahan-kelemahan fisik tertentu yang selalu mengarah kepada perasaan-perasaan inferioritas. Mereka cenderung sibuk memperhatikan diri sendiri dan kurang memperhatikan orang lain. Rasa takut sudah mengalahkan mereka lebih daripada hasrat untuk mencapai keberhasilan, dan mereka begitu yakin bahwa masalah-masalah utama mereka hanya dapat dipecahkan dengan cara-cara egoistik.
  1. Gaya Hidup yang Manja
Mereka sering kali mengharapkan orang lain memerhatikan, melindungi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Merekan dicirikan oleh kepengecutan ekstrem, ketidaktajaman menganalisis, terlalu sensitive, tidak sabar, dan memiliki emosi yang berlebih-lebihan, khususnya rasa cemas.
Anak-anak manja tidak menerima cinta terlalu banyak, tapi mereka merasa tidak dicintai. Orang tua mereka memperlihatkan kurangnya cinta dengan berbuat terlalu banyak bagi meraka dan dengan memperlakukan seolah-olah mereka tidak sanggup menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri.
  1. Gaya hidup yang tertolak
Penolakan adalah konsep yang agak relatif. Tak seorangpun merasakan tertolak secara total. Anak-anak yang merasa tidak dicintai, tidak diinginkan, teraniaya dan tidak diperlakukan dengan benar mengambangkan sedikit saja kepedulian social dan cenderung menciptakn gaya hidup yang tertolak. Mereka memiliki sedikit kepercayaan pada diri sendiri, tidak percaya pada orang lain dan tidak sanggup bekerjasama. Mereka memiliki rasa curiga yang berlebih sehingga memandang masyarakat sebagai musuh dan merasa iri terhadap keberhasilan orang lain.

Kecenderungan-kecenderungan Melindungi Diri ( Safeguarding Tendencies )
Konsep kecenderungan melindungi diri bisa dibandingkan dengan konsep mekanisme pertahanan ego Freud. Yang mendasar bagi keduanya adalah gagasan bahwa simton-simton dibentuk sebagai perlindungan diri terhadap kecemasan. Namun ada beberapa perbedaan penting yaitu
Mekanisme pertahanan ego Freud beroperasi di alam bawah sadar untuk melindungi ego dari kecemasan dan bersifat umum.
Sementara melindumgi diri Adlerian sebagian besar disadari demi melindungi harga diri seseorang yang rapuh dari penghinaan public dan hanya dalam konstruksi simtom-simtom neurotic.
Ada 3 kecenderungan melindungi diri secara umum yaitu :
  1. Berdalih (Excuses)
Tipikal berdalih terekspresikan dalam format “Ya, tetapi” atau “Jika saja”. Contohnya : “ Ya, saya ingin kuliah, tetapi anak-anak saya menuntut banyak perhatian.” “Jika saja suami saya lebih mendukung, karier saya tentu akan menanjak lebih cepat.”
Dalih-dalih ini melindungi rasa percaya diri yang lemah, namun dibuat seolah-olah tinggi dan menipu orang lain untuk percaya bahwa diri mereka lebih unggul/superior daripada yang sebenarnya.
  1. Agresi
Beberapa orang melakukan agresi untuk melindungi kompleks keunggulan mereka yang berlebih-lebihan yaitu dengan melindungi rasa percaya diri mereka yang rapuh. Agresi bisa berbentuk :
-          Penyombongan diri (depreciation) : kecenderungan untuk merendahkan keberhasilan orang lain dan melebih-lebihkan prestasinya sendiri.
-          Pengkambing-hitaman (accusation) : kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas kegagalan dirinya dan berusaha mencari kesempatan untuk membalasnya agar dapat melindungi rasa percaya dirinya yang rapuh.
-          Penuduhan-diri (self-accusation) : kecenderungan untuk merendahkan diri sendiri agar memunculkan penderitaan bagi orang lain sembari melindungi rasa percaya diri mereka yang yang lemah.
  1. Menarik Diri (Withdrawal)
Ada 4 model perlindungan lewat menarik diri yaitu :
-          Mundur ke belakang (moving backward) : kecenderungan untuk melindungi tujuan keunggulan fiksional seseorang dengan mundur secara psikologis ke periode kehidupan yang lebih aman. Mundur kebelakang dirancang untuk meraih simpati, sikap menawarkan kebaikan namun esensinya merusak, khas perilaku anak-anak manja.
-          Diam di tempat (standing still) : kecenderungan untuk diam di tempat tidak bergerak kea rah manapun untuk menghindari tanggung jawab apapun agar dapat melindungi diri dari ancaman kegagalan.
-          Ragu-ragu (hesitating) : merasa tidak pasti ketika dihadapkan dengan masalah-masalah yang sulit.
-          Menjadi Pengamat (constructing obstacle) : mereka melindungi harga diri dan prestise mereka, jika mereka gagal menaklukkan rintangan, mereka dapat selalu memiliki kesempatan untuk berdalih.

Protes Maskulin
Kehidupan psikis perempuan pada esensinya sama dengan laki-laki dan bahwa masyarakat yang didominasi laki-laki bukan sesuatu yang alamiah melainkan lebih merupakan produk artificial perkembangan sejarah.
Sejak dini laki-laki diajarkan menjadi maskulin berarti menjadi berani, kuat, dan dominant. Sebaliknya anak perempuan seringkali belajar menjadi pasif dan menerima posisi inferior di masyarakat. Beberapa perempuan yang memperjuangkan peran femininnya, mengembangkan orientasi maskulin tapi ada juga yang memilih mundur kepada keyakinan bahwa mereka memang manusia lemah, mengakui posisi laki-laki yang diistimewakan dengan mengalihkan tanggungjawab kepada mereka. Ini merupakan hasil dari pengaruh cultural dan social, bukannya dari perbedaan fisik yang inheren diantara kedua jenis kelamin tersebut.

Aplikasi dari Psikologi Individual
Ada 4 wilayah implementasi psikologi individu yaitu :
  1. Konstelasi Keluarga
Dalam terapinya Adler selalu menanyakan konstelasi keluarga pasien yaitu urutan kelahiran mereka, jenis kelamin saudara kandung dan perbedaan usia diantara mereka.
Sifat-sifat anak akibat urutan kelahiran :
Sifat positif
Urutan kelahiran
Sifat negative
Memerhatikan dan melindungi orang lain   
Pengorganisasi yang baik
Anak Sulung
Penuh kecemasan yang berlebihan
Kebencian tidak sadar
Memaksakan diri untuk diterima
Harus selalu menjadi “benar” sementara yang lain selalu “keliru”
Sangat kritis terhadap orang lain
Tidak kooperatif
Sangat termativasi
Kooperatif
Sangat kompetitif
Anak Kedua
Bersaing secara moderat
Mudah putus asa
Memiliki ambisi yang realistik
Anak Bungsu
Gaya hidup manja
Bergantung pada orang lain
Ingin sempurna dalam segala sesuatu
Memiliki ambisi yang tidak realistic
Dewasa secara sosial
Anak Tunggal
Perasaan unggul yang berlebihan
Perasaan kooperatif yang rendah
Pemahaman diri yang dilebih-lebihkan
Gaya hidup manja
























 

  1. Rekoleksi- Rekoleksi Awal
Meskipun Adler percaya bahwa memori-memori yang diingat kembali dapat memberinya petunjuk untuk memahami gaya hidup pasien, namun tidak menganggap memori –memori ini penyebab gaya hidup tersebut. Karena pengalaman yang diingat kembali bisa berkaitan dengan realitas objektif, atau hanya fantasi belaka yang tidak begitu penting. Manusia merekonstruksi ulang peristiwa-peristiwa untuk membuat mereka tetap konsisten dengan suatu tema atau pola yang terus dijalaninya di sepanjang hidup mereka.
Adler menekankan pada rekoleksi-rekoleksi awal selalu konsisten dengan gaya hidup sekarang dan bahwa pemahaman subjektif mereka terhadap pengalaman-pengalaman ini menghasilkan sejumlah petunjuk untuk memahami tujuan akhir maupun gaya hidup mereka saat ini.
Adler percaya bahwa pasien dengan tingkat kecemasan tinggi akan sering memproyeksikan gaya hidup mereka saat ini ke dalam memori pengalaman kanak-kanak mereka tentang peristiwa yang menakutkan dan menimbulkan kecemasan. Sebaliknya orang yang penuh percaya diri cenderung mengingat memori yang berisi hubungan-hubungan menyenangkan dengan orang lain. Dikeduanya, pengalaman awal tidak menentukan gaya hidup. Tapi sebaliknyalah yang benar yaitu rekoleksi-rekoleksi pengalaman awal malah dibentuk oleh gaya hidup saat ini.

  1. Mimpi-Mimpi
  2. Psikoterapi

Menurut Adler mimpi menipu diri sendiri (self deception) dan tidak bisa mudah dipahami bahkan oleh pemimpi sendiri. Mimpi menyamar untuk bias membohongi pemimpi, membuat penginterpretasian oleh diri sendiri (self-interprettation) tidak mudah. Semakin tujuan individu tidak konsisten dengan realitas , semakin banyak mimpi digunakan menipu si pemimpi.



Psikoterapi
Teori Adlerian mempostulasikan bahwa psikopatologi berasal dari kekurangberanian, perasaan inferioritas yang berlebih-lebihan, dan kepedulian social yang tidak berkembang penuh. Karena itu, tujuan utama psikoterapi Adlerian adalah meningkatkan keberanian, mengurangi perasaan inferioritas yang berlebihan, dan memperbesar kepedulian social. Namun, tugas ini tidaklah mudah karena pasien berjuang keras mempertahankan kondisi seperti ini, sebuah pandangan yang nyaman tentang diri mereka sendiri.
Adler sering menggunakan moto, “setiap orang dapat mencapai segala sesuatu.” Kecuali keterbatasan-keterbatasan tertentu yang sudah ditentukan oleh heriditas, dia sangat  yakin terhadap maksim ini dan berulang kali menekankan bahwa apa yang dilakukan manusia dengan apa yang dilakukan manusia dengan apa yang ada pada mereka lebih penting daripada apa yang mereka miliki.
Adler menemukan metode terapi yang unik bagi anak-anak bermasalah dengan menangani mereka langsung di hadapan orangtua, guru, dan pekerja medis professional. Adler percaya bahwa prosedur ini akan meningkatkan kepedulian social anak-anak dengan mengizinkan mereka untuk merasakan bahwa mereka untuk merasakan bahwa mereka menjadi milik kesayangan sebuah komunitas orang dewasa yang penuh perhatian. Adler sangat berhati-hati untuk tidak menyalahkan orangtua atas kenakalan anak-anak mereka. Karena itu, dia juga berusaha membangkitkan kepercayaan diri orangtua dengan meyakinkan agar mereka juga mengubah beberapa perilaku terhadap anak mereka.

Riset-Riset Terkait
A.    Kepedulian Social Dan Tindakan Criminal
Adler menulis tentang kegagalan-kegagalan hidup, yaitu kecenderungan menjadi penderita neurotic, psikotik, dan criminal. Lebih jauh dia yakin kalu orang-orang ini sama-sama memiliki tingkat kepedulian yang rendah-sebuah barometer bagi kenormalan dan satu-satunya criteria bagi nilai seorang manusia.
B.     Rekoleksi Awal Dan Watak Kepribadian
Riset mengenai asosiasi antara rekoleksi awak dan watak kepribadian pada saat kini (gaya hidup) biasanya menggunakan satu dari dua instrument berikut ini—manaster-perryman manifest content early recollection scoring manual (Manaster & Perryman, 1974,1979), atau comprehensive early memory scoring system (Last, 1983)
Riset ini menunjukkan sebuah relasi yang konsisten antara rekoleksi-rekoleksi awal dan beragam watak kepribadian.
C.     Rekoleksi Awal Dan Hasil-Hasil Psikoterapi
Jika rekoleksi awal adalah rekonstruksi fiksional yang disesuaikan dengan perubahan gaya hidup itu sendiri.

Kritik Terhadap Adler
Teori Adler, seperti Freud menghasilkan banyak konsep yang tidak mudah diverifikasi maupun difalsifikasikan. Fungsi lain teori yang berdaya guna adalah membangkitkan riset, dan mengenai criteria ini, teori Adler berada pada tingkat di atas rata-rata. Banyak riset yang tertarik pada psikologi individu sudah meneliti rekoleksi-rekoleksi awal, kepedulian social, dan gaya hidup.
Konsep daya kreatif memang sangat menarik. Mungkin banyak orang percaya bahwa mereka memang disusun dari sesuatu yang lebuh dari sekedar unteraksi hereditas dan lingkungan. Banyak orang secara intuitif  merasa bahwa mereka memiliki beberapa unsure dalam jiwa mereka (jiwa, ego, diri, daya kreatif).

Konsep Kemanusian/Kesimpulan
Adler percaya bahwa pada dasarnya manusia adalah penentu dirinya sendiri (self determined) dan bahwa mereka membentuk kepribadian dari makna yang mereka berikan kepada pengalaman-pengalaman mereka. Material bangunan kepribadian ini disediakan oleh hereditas dan lingkungan, namun daya kreatif membentuk material iini dan menjadikannya berguna. Adler sering menekankan bahwa kegunaan yang dibangun dari kemampuan-kemampuan diri sendiri lebih penting daripada jumlah kemampuan itu. Hereditas memberkati manusia dengan kemampuan tertentu dan lingkungan memberi beberapa kesempatan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut namun, pada akhirnya manusia itu sendiri yang harus bertanggung jawab dengan penggunaan kemampuan-kemampuan tersebut.
Manusia bergerak maju, dimotivasikan oleh tujuan di depan lebih daripada insting-insting bawaan atau daya-daya kausal. Tujuan-tujuan masa depan ini sering kali ketat dan tidak realistic namun, kebebasan pribadi manusia mengizinkan mereka membentuk ulang tujuan-tujuan mereka, dan karenanya mengubah hidup mereka. Manusia menciptakan kepribadiannya dan sanggup mengubah kepribadiannya tersebut. Manusia menciptakan kepribadiannya sendiri dan sanggup merubah kepribadian tersebut dengan mempelajari sikap-sikap baru.
Sikap-sikap ini menjadi pedoman bagi pemahaman bahwa perubahan bisa terjadi, bahwa tak seorang pun atau kondisi apapun bertanggun jawab bagi “siapa dirinya” dan bahwa tujuan-tujuan pribadi harus disubordinasikan pada kepedulian social.
Adler paercaya bahwa pada akhirnya manusia bertanggung jawab atas kepribadian mereka sendiri. Daya kreatif manusia sanggup mentranformasi perasaan-perasaan tidak tepat menjadi kepedulian social maupun tujuan keunggulan pribadi yang berpusat pada diri sendiri. Kemampuan ini berarti manusia tetap bebas untuk memilih antara sehat secara psikologis atau neurotisisme. Adler menganggap pembatasan pada diri sendiri sebagai patologi sedangkan kepedulian social yang kuat sebagai standar kedewasaan psikologis. Manusia yang sehat memiliki tingkat kepedulian sosial tinggi namun, di sepanjang hidup, manusia masih tetap bebas untuk menerima atau menolak normalitas dan menjadi apa yang diinginkan.



 
DAFTAR PUSTAKA

Feist, J., & Fiest, G. J. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Belajar.