Jumat, 01 Juni 2012

Analisis Film


THE SOLOIST


BAB I
PENDAHULUAN

SINOPSIS
Nathaniel Anthony Ayers adalah seorang yang berbakat dalam bidang musik namun kehidupannya hanyalah seorang gelandangan yang tunawisma yang gila kebersihan. Dalam film ini pada mulanya dikisahkan ada seorang wartawan yang bernama Steve Lopez. Ia bertemu dengan Nathaniel saat berada di taman dibawah patung Beethoven. Dalam pertemuan tersebut Steve menyapa Nathaniel, namun Nathaniel membalas sapaannya dengan bicara panjang lebar sampai keluar dari konteks sapaan biasa. Steve merasa tertarik dengan Nathaniel kemudian ia pun bertanya lagi tentang bagaimana pendidikan Nathaniel pada masa lalu, Nathaniel pun menjawab bahwa ia pernah menempuh sekolah di Julliard. Steve merasa heran mengapa ada seseorang yang pernah sekolah di Julliard bisa menjadi tunawisma. Stevepun kemudian mencari informasi tentang kebenaran cerita Nathaniel tersebut. Informasi yang didapatkan ternyata mengejutkan bahwa Nathaniel memang pernah bersekolah di Julliard namun hanya sampai tahun kedua saja.Nathaniel sebenarnya memiliki keluarga, yaitu seorang ibu yang memiliki salon, namun ibunya telah tiada. Ia juga mempunyai seorang kakak wanita yang saat ini sudah hidup mapan. Dikisahkan masa lalu Nathaniel adalah seorang anak yang berbakat bermain musik.Ia pernah menunjukkan bakatnya tersebut kepada seorang guru musik dan guru musik itupun mengakuinya dan menyarankan pada orang tua Nathaniel agar anaknya bisa terus bermain musik karena memang ia memiliki potensi yang besar. Setelah itu Nathaniel pun terus bermain musik. Pagi, siang, sampai malam ia terus bermain musik di lantai bawah rumahnya.Pada suatu malam saat ia bermain musik ia mendengar sesuatu diluar kemudian ia pun melihat keluar jendela kamarnya. Nathaniel kaget karena saat itu ia melihat sebuah mobil terbakar yang terus berjalan didepan rumahnya, namun Nathaniel tidak berteriak maupun memberitahu siapapun ia kemudian hanya bermain musik kembali. Kembali pada cerita awal, setelah Steve mendapatkan fakta yang menarik tentang kehidupan Nathaniel, ia kemudian membuat sebuah artikel tentang Nathaniel dalam koran. Secara tak terduga ada seorang nenek yang membaca artikel tersebut dan merasa tersentuh. Ia kemudian memberikan Nathaniel sebuah alat musik cello yang sudah dipakainya selama 50tahun. Alat musik cello tersebut dititipkan kepada Steve untuk diserahkan pada Nathan. Steve kemudian membawa cello tersebut kepada Nathan. Saat bertemu Nathan, Steve memberitahukan bahwa ia mendapatkan hadiah dari seorang nenek berupa alat musik cello.Nathan merasa senang dengan hadiah tersebut namun Steve mengatakan akan membiarkan Nathan memilikinya asalkan ia memainkan alat musiknya di LAMP community. LAMP merupakan tempat perawatan bagi orang-orang yang mengalami masalah emosi dan di sekitar tempat tersebut adalah tempat para tunawisma. Nathan sempat menolak karena ia suka di tempatnya sekarang di kolong jembatan namun Steve tetap bersikeras dengan alasan agar hadiah tersebut aman tidak dirampas orang lain. Stevepun pergi membawa cello tersebut  dan mengatakan akan menunggunya di LAMP setengah jam lagi namun Nathan malah tiba esok harinya. Nathan yang mengalah untuk mau datang di LAMP akhirnya diperbolehkan memiliki cello tersebut. Saat memainkan cello tersebut para penghuni disitu mendengarkan dengan seksama permainan Nathan yang indah. Dalam memainkan cello tersebut Nathan bahkan sampai menangis. Dikisahkan kembali masa lalu Nathan saat  dewasa. Pada masanya itu ia pernah memiliki apartemen sendiri dan bergabung dengan suatu grup orchestra. Nathan sangat antusias mengikuti latihan demi latihan sampai pada suatu saat tiba-tiba ada kejadian yang aneh. Nathan tiba-tiba merasa sendirian dan kemudian suara-suara muncul dalam kepalanya. suara-suara itu mengatakan banyak hal seperti larilah dari situ, kamu sendirian, tidak ada yang menginginkanmu dan masih banyak lagi. Kejadian itu berlangsung terus menerus membuat Nathan tidak bisa berkonsentrasi dengan latihannya sehingga ia keluar dari grup musik tersebut. Setelah kejadian itu Nathan kemudian menjadi orang yang memiliki rasa takut tidak wajar dan menjadikannya sedikit mengalami paranoid.Kembali pada cerita pertengahan, Steve yang terus menulis tentang kehidupan Nathan dan komunitas di LAMP membuat seorang komposer tertarik dan meminta Nathan untuk melihat konser orkes sebagai tamu. Namun Nathan menolak karena ia menganggap pasti dirinya akan mengacau. Setelah berdebat panjang akhirnya Steve meminta Nathan datang pada saat latihan saja dan Nathanpun menyetujui. Pada saat mendengarkan lagu orchestra tersebut Nathan benar-benar menikmatinya sampai mengeluarkan air mata. Steve yang bersimpati pada kehidupan Nathan memberikan berbagai upaya untuk menyembuhkannya. Steve kemudian membelikan Nathan sebuah apartemen sederhana, tetapi Nathan merasa tidak suka. Ia merasa tempat itu tidak cocok untuknya karena sempit dan tertutup. Ia merasa bahwa orang bisa saja menemukannya dan membunuhnya disitu. Nathan mengatakan bahwa dirinya lebih suka di ruang terbuka namun karena merasa tidak ingin menyakiti Steve iapun tetap tinggal di apartemen itu.Steve yang memang sudah bersimpati pada Nathan mencari berbagai cara agar bisa menyembuhkan penyakit Nathan. Ia bahkan pernah berdebat dengan seorang perawat di LAMP agar Nathan dipaksa mengikuti terapi atau dibawa ke psikiater namun perawat itu mengatakan bahwa bukan seperti itu caranya, Nathan akan pergi ke psikiater saat Nathan memintanya sendiri. Steve akhirnya mencari berbagai informasi dan akhirnya diketahui bahwa Nathan merupakan seseorang yang mengalami Skizofrenia dan terdapat gangguan diotaknya. Setelah mengetahui itu Steve membuat sebuah surat kontrak yang intinya agar Nathan mau dirawat. Nathan yang membaca surat itu sangat marah ia sangat marah karena ia dibilang seseorang yang menderita skizofrenia. Saat itu Nathan benar-benar marah sehingga hubungan baik Steve dan Nathan berakhir.Setelah beberapa hari, Steve menjemput kakak Nathan untuk membawanya kepada Nathan agar ia bisa memiliki seorang teman lagi. Setelah mereka berbicara lama, Nathan kemudian meminta maaf pada Steve atas perbuatannya pada saat itu dan kemudian mereka pun berteman lagi. Sampai pada akhirnya kemajuan dicapai yaitu Nathan mau tinggal di apartemen lagi namun Nathan tetap tidak mau dianggap sebagai seorang skizofrenia. Sampai saat ini kondisi jiwa Nathan tidak berubah dari awal Steve bertemu dengannya.


BAB II
LANDASAN TEORI

Schizophrenia merupakan gangguan psikotik kronis yang ditandai oleh episode akut yang mencakup kondisi terputus dengan realitas, yang ditampilkan dalam ciri-ciri seperti waham, halusinasi, pikiran tidak logis, pembicaraan yang tidak koheren, dan perilaku yang aneh. Deficit residual dalam area kognitif, emosional, dan social dari fungsi-fungsi yang ada sebelum episode akut. Diantara episode-episode akut, orang yang mengalami skizoprenia mungkin tetap tidak dapt berpikir secara jernih dan munking kehilangan respon emosional yang sesuai terhadap orang – orang dan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Mereka mungkin berbicara dengan nada yang mendatar dan menunjukkan sedikit-jika ada-ekspresi (Mandal, Pandey, & Prasad, 1998).  Skizoprenia diyakini mempengaruhi sekitar 1% dari populasi.
            Skizoprenia biasanya berkembang pada masa remaja akhir atau dewasa awal, tepat pada saat orang mulai keluar dari keluarga menuju ke dunia luar  (Cowan & Kandel , 2001 ; Harrop & Tower, 2001). Orang yang mengidap skizoprenia semakin lama semakin terlepas dari masyarakat. Mereka gagal untuk berfungsi sesuai peran yang diharapkan sebagai pelajar, pekerja, atau pasangan dan keluarga serta komunitas mereka menjadi kurang toleran terhadap perilaku mereka yang menyimpang. Gangguan  ini biasanya berkembang pada masa remaja akhir atau awal usia 20 tahun-an, pada masa dimana otak sudah mencapai kematangan yang penuh. Pada sekitar tiga dari empat kasus, tanda-tanda pertama dari skizoprenia tampak pada usia 25 tahun (Keith, Regier, & Rae, 1991).
            Pada kebanyakan kasus, terjadi penurunan yang lebih perlahan dan berangsur-angsur dalam funsi individu. Mungkin butuh waktu bertahun-tahun  sebelum perilaku psikotik muncul, meskipun tanda-tand awal dari kemunduran mungkin dapat diamati. Periode kemunduran ini disebut sebagai fase prodromal. Hal ini ditandai dengan berkurangnya minat dalam aktivitas social dan meningkatnya kesulitan dalam memenuhi tangggung jawab di kehidupan sehari-hari. Pada mulanya, mereka tidak peduli dengan penampilannya, seiring dengan waktu mereka bertambah menjadi bertambah aneh dan eksentrik, seperti menimbun makanan, mengumpulkan sampah, atau berbicara sendiri di jalan merupakan fase akut gangguan dimuali. Simtom-simtom psikotik yang sebenarnya berkembang, seperti halusinasi yang merajalela, waham dan meningkatnya perilaku yang aneh.
            Setelah episode akut, orang-orang yang mengalami skizoprenia memasuki fase residual, dimana perilaku mereka kembali pada tingkat sebelumnya yang merupakan karakteristik dari fase prodromal. Meskipun perilaku psikotik yang mencolok mungkin tidak muncul selama fase residual, orang tersebut tetap dapat terganggu oleh perasaan apatis yang dalam, oleh kesulitan dalam berpikir atau berbicara denganjelas, dan menyimpan ide yang tidak biasa, seperti keyakinan tentang telepati atau pendangan akan masa depan. Pola perilaku seperti ini mempersulit individu untuk memenuhi peran social yang diharapkan seperti pencari nafkah, pasangan dalam pernikahan, atau siswa. Kembalinya seseorang secara penuh pada perilaku normal adalah tidak biasa namun terjadi pada beberapa kasus. Yang lebih umum adalah berkambangnya pola kronis, yang ditandai dengan terjadinya episode-episode psikotik akut dan berlanjutnya hendaya kognitif, emosional, dan motivasional antarepisode ( Weirsma dkk., 1998; USDHHS, 1999a).
Ciri-ciri Utama Skizoprenia :
1.    Gangguan dalam pikiran dan pembicaraan
-          Gangguan dalam isi pikiran
Gangguan yang paling nyata pada isi pikiran mencakup waham, atau keyakinan yang salah yang menetap pada pikiran seseorang tanpa mempertimbangkan dasar yang tidak logis dan tidak adanya bukti untuk mendukung keyakinan tersebut. Waham ini cenderung tidak tergoyahkan meskipun dihadapkan pada bukti yang bertentangan. Beberapa bentuk umum waham :
a.    Waham perkusi ( berpikir bahwa mereka dikejar oleh Mafia, FBI, atau kelompok lain)
b.    Waham referensi ( merasa bahwa dirinya dibicarakan orang)
c.    Waham dikendalikan ( meyakini bahwa pikiran, perasaan, tindakannya dikendalikan oleh kekuatan dari luar, seperti suruhan setan )
d.    Waham kebesaran ( meyakini dirinya orang yang besar memiliki kekuatan menyelamatkan dunia )
e.    Waham pemecahan pikiran ( meyakini entah bagaimana pikirannya disebarkan ke dunia luar sehingga orang lain dapat mendengarnya )
f.     Waham penyisipan pikiran ( meyakini bahwa pikirannya telah ditanamkan pada otaknya pada pihak luar )
g.    Waham penarikan pikiran ( meyakini bahwa pikirannya telah dipindahkan dari dalam otaknya )
h.    Waham lain meliputi keyakinan bahwa dirinya telah melakukan dosa yang tidak termaafkan, menjadi busuk karena penyakit yang mengerikan

-          Gangguan dalam bentuk pikiran
Gangguan pikiran dikenali melalui gangguan dalam organisasi, pemrosesan dan kendali pikiran. Bentuk pembicaraan orang yang mengalami skizofrenia seringkali tidak teratur atau kacau, dengan bagian-bagian kata dikombinasikan secara tidak sesuai atau kata-kata dirangkai bersama untuk membuat rima-rima yang tidak bermakna. Pembicaraan mereka dapat melompat dari satu topik ke topik lainnya, namun kurang menunjukkan keterkaitan antara ide atau pikiran-pikiran yang diekspresikan. Orang-orang dengan gangguan pikiran biasanya tidak menyadari bahwa pikiran dan perilaku mereka tampak tidak normal.
2.    Kekurangan dalam pemusatan perhatian
Kesulitan menyaring keluar stimulus yang tidak relevan dan mengganggu, kekurangan yang menyebabkan hampir tidak mungkin untuk memusatkan perhatian dan mengorganisasikan pikiran mereka (Asarnow dkk., 1991).
Orang yang mengalami skizoprenia juga tampak waspada berlebihan, atau menjadi benar-benar sensitif terhadap suara-suara yang tidak relevan, terutama selama tahap awal gangguan.
3.    Gangguan persepsi
Halusinasi, bentuk gangguan persepsi yang paling umum pada skizoprenia, adalah gambaran yang dipersepsi tanpa adanya stimulus dari lingkungan. Halusinasi dapat melibatkan setiap indera. Halusinasi auditoris (mendengar suara) adalah yang paling umum. Halusinasi taktil (seperti digelitik, sensasi listrik atau terbakar) dan halusinasi somatic (seperti merasa ada ular yang menjalar di dalam perut) juga umum. Halusinasi visual (melihat sesuatu yang tidak ada), halusinasi gustatoris (merasakan dengan lidah sesuatu yang tidak ada), dan halusinasi olfaktoris (mencium bau yang tidak ada) lebih jarang.
4.      Gangguan emosi
Orang yang mengalami skizoprenia mengalami gangguan afek atau emosional yang ditandai oleh afek datar dan tidak sesuai. Mungkin berbicara secara monoton dan mempertahankan wajah  tanpa ekspresi. Bukti – bukti terakhir berdasarkan penelitian laboratories menunjukkan bawa pasien skizoprenia mengalami emosi negative yang lebih intens, dibandingkan kelompok kontrol    ( Myin-Germeys, Delespaul, & deVries, 2000).


Subtipe Skizoprenia
1.    Tipe Tidak Terorganisasi
Memiliki ciri-ciri seperti perilaku yang kacau, pembicaraan yang tidak koheren, halusinasi yang jelas dan sering, afek yang datar atau tidak sesuai dan waham yang tidak terorganisasi. Mereka juga menunjukkan kedunguan dan mood yang gamang, cekikikan dan berbicara yang tidak-tidak. mereka sering mengabaikan penampilan dan kebersihan.
2.    Tipe Katatonik
Gangguan yang nyata dalam aktivitas motorik dimana perilaku mungkin melambat menjadi stupor namun secara tiba-tiba berubah menjadi keadaaan yang sangat teragitasi. Ciri yang mengejutkan namun kurang umum adalah waxy flexibility, yang menampilkan posisi tubuh yang tetap, sebagaimana posisi yang telah dipaparkan oleh orang lain terhadap mereka.
3.    Tipe Paranoid
Bercirikan focus terhadap satu atau lebih waham atau adanya halusinasi auditoris yang sering (APA, 2000).Perilaku dan pembicaraan dari seseorang yang mengalami skizofrenia paranoid tidak menunjukkan disorganisasi yang jelas sebagaimana ciri dari tipe tidak terorganisasi, tidak juga dengan jelas menunjukkan afek datar atau yang tidak sesuai, atau perilaku katatonik. 
Variasi skizofrenia yang dibedakan berdasarkan subtype spesifik. Cara lain untuk menggolongkan skizofrenia didasarkan pada pembedaan antara  Skizofrenia Tipe I, ditandai oleh simtom-simtom yang lebih mencolok (simtom positif) seperti halusianasi, waham, asosiasi yang longgar, serta kemunculan yang mendadak dan tiba-tiba, kemampuan intelektual yang tetap terpelihara, dan respon yang lebih baik terhadap pengobatan antipsikotik (Penn, 1998). Skizofrenia Tipe II, ditandai oleh simtom-simtom deficit (simtom negatif), hal ini mencakup hilang atau berkurangnya fungsi-fungsi normal, sebagaimana ditunjukakan dengan cirri-ciri seperti hilangnya ekspresi emosi, rendahnya atau tidak adanya tingkat motivasi, hilangnya kesenangan dalam aktivitas, penarikan diri secara social, dan kemiskinan pembicaraan, kemunculan lebih bertahap, hendaya intelektual, dan respon yang lebih buruk terhadap obat-obatan antipsikotik (USDHHS,1999a).

Adapun skizoprenia memiliki berberapa penyebab seperti :
1.    Faktor Biologis
-          Bukti kuat tentang kontribusi genetis yang utama
-          Ketidakteraturan dalam system neurotransmitter di otak, terutama pada jalur di otak yang mengatur neurotransmitter dopamin
-          Ketidaknormalan otak yang mendasari banyak kasus, seperti kerusakan structural atau deteroisasi jaringan otak atau gangguan pada jalur di otak yang mengatur fungsi kognitif dan emosional.
-          Kemungkinan adanya peran infeksi virus yang mempengatuhi perkembangan otak yang terjadi pada masa prenatal atau selama masa awal kehidupan
2.    Faktor Psikososial
-          Pengalaman yang penuh stress dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan skizoprenia pada individu yang memiliki kerentanan secara genetis.
Penyebab yang spesifik tetap tidak diketahui, namun kebanyakan peneliti meyakini bahwa hal-hal tersebut mencerminkan interaksi antara genetis dan factor yang terkait dengan stress, sebagaimana direpresentasikan oleh model diatesis stres.
Belum ada penyembuhan untuk skizoprenia. Penanganan biasanya mencakup banyak segi, menggabungkan pendekatan farmakologis, psikologis, dan rehabilitative. Kebanyakan orang skizofrenia yang dirawat dalam lingkup kesehatan mental yang terorganisasi menerima beberapa bentuk obat antipsikotik, yang dimaksudkan untuk mengendalikan pola-pola perilaku yang lebih ganjil, seperti halusinasi dan waham, dan mengurangi resiko kambuh yang berulang-ulang. Beberapa pendekatan penanganan diantaranya :
1.    Perawatan Biomedis
Menggunakan obat-obat antipsikotik untuk mengendalikan simtom-simtom psikotik.
2.    Penanganan Psikososial
Pendekatan berdasarkan prinsip belajar, seperti system token ekonomi dan pelatihan ketrampilan social, dapat membantu pasien skizofrenia mengembangkan perilaku yang lebih adaptif.
3.    Rehabilitasi Psikososial
Kelompok-kelompok self-help dan program tempat tinggal yang terstruktur dapat membantu pasien skizofrenia menyesuaikan diri dengan kehidupan komunitas.
4.    Program Intervensi Keluarga
Intervensi keluarga digunakan untuk meningkatkan komunikasi dalam keluarga dan mengurangi tingkat konflik dan stres keluarga.
Ciri-ciri Klinis Utama Skizofrenia :
A.   Dua atau lebih hal-hal berikut harus muncul dalam porsi yang signifikan selama munculnya penyakit dalam waktu satu bulan :
1.    Waham atau delusi
2.    Halusinasi
3.    Pembicaraan yang tidak koheren atau ditandai oleh asosiasi longgar
4.    Perilaku tidak terorganisasi atau katatonik
5.    Ciri-ciri negative (misalnya afek datar)
B.   Fungsi pada bidang-bidang seperti hubungan social, pekerjaan, atau perawatan diri selama perjalanan penyakit secara nyata berada di bawah tingkatan yang dapat dicapai sebelum munculnya gangguan. Apabila gangguan muncul pada masa kanak-kanak atau remaja, terdapat suatu kegagalan untuk mencapai tingkat perkembangan social yang diharapkan.
C.   Tanda-tanda gangguan terjadi  secara terus-menerus selama masa setidaknya 6 bulan. Masa 6 bulan ini harus mencakup fase aktif yang berlangsung setidaknya satu bulan dimana terjadi simtom psikotik (teradaftar pada A), yang merupakan karakteristik skizofrenia.
D.   Gangguan tidak dapat diatribusikan sebagai dampak zat-zat tertentu (misalnya: penyalahgunaan zat atau pengobatan yang diresepkan) atau pada kondisi medis umum.
Sumber. Diadaptasi dari DSM-IV-TR(APA, 2000)


BAB III
PEMBAHASAN

Kisah dalam film ini sebenarnya juga sudah menegaskan bahwa subjek (Nathaniel) mengalami skizoprenia. Hal itu dapat dilihat dari perilakunya yang menunjukkan gejala-gejala skizofrenia seperti:
·         Adanya gangguan dalam isi pikiran berupa Waham dikendalikan (meyakini bahwa pikiran, perasaan, tindakannya dikendalikan oleh kekuatan dari luar, seperti suruhan setan). Nathaniel sering mendengar suara-suara perintah yg menyuruhnya untuk lari, sembunyi dari orang-orang yang seolah-olah akan menyakitinya.
·         Adanya gangguan dalam bentuk pikiran, dikenali melalui pembicaraan Nathaniel yang kacau dan tidak teratur. Pembicaraannya dapat melompat dari satu topik ke topik lainnya, namun kurang menunjukkan keterkaitan antara ide atau pikiran-pikiran yang diekspresikan.
·         Adanya gangguan dalam persepsi, yaitu pengalaman inderawi yang tidak wajar. Nathaniel pernah melihat mobil terbakar yang berjalan di belakang rumahnya. Semenjak itulah ia mulai merasa dirinya terancam yang menyebabkannya menarik diri dari orang lain.

Penyebab terjadinya skizofrenia pada Nathaniel berasal dari faktor Psikososial yaitu  pengalaman yang penuh stress dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan skizofrenia pada individu yang memiliki kerentanan secara genetis.
Karena skizofrenia belum ada obatnya maka dibutuhkan beberapa pendekatan penanganan antara lain : medis, psikososial, rehabilitasi psikososial, dan intervensi keluarga. Pendekatan penanganan tersebut berfungsi untuk mengendalikan pola-pola perilaku yang lebih ganjil, seperti halusinasi dan waham, dan mengurangi resiko kambuh yang berulang-ulang. Pada Nathaniel dilakukan penanganan psikososial, rehabilitasi psikososial, dan intervensi keluarga. Tidak dilakukannya penanganan medis dikarenakan Nathaniel tidak menunjukkan perilaku yang membahayakan.
Untuk penanganan psikososial dilakukan pendekatan belajar dengan pelatihan ketrampilan bermain cello. Bergabungnya Nathaniel ke kelompok orchestra membantunya untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan, ini merupakan pendekatan rehabilitasi sosial. Sedangkan dalam intervensi keluarga, Nathaniel mendapatkan dukungan dari Lopez sahabatnya dan kakak perempuannya.
Dari perilaku-perilaku yang ditampilkan, Nathaniel termasuk ke dalam skizofrenia tipe paranoid yang memiliki satu waham dan halusinasi auditori visual. Nathaniel sama sekali tidak menunjukkan gejala skizofrenia tipe tidak terorganisasi (seperti perilaku yang kacau, tidak tenang, tidak menjaga kebersihan dan penampilan, dan afek datar) ini terlihat dari cara dia menjaga penampilan rambutnya, tidak suka adanya putung rokok, selalu membersihkan tempat tidurnya terlebih dulu sebelum ia tidur dan lain sebagainya. Dan juga tidak termasuk tipe katatonik (seperti posisi tubuh yang tetap) karena Nathaniel selalu memainkan biolanya dan dapat menerima uang dari hasil dia memainkan biolanya.



BAB IV
KESIMPULAN

Untuk menyatakan bahwa seseorang mengalami skizofrenia, harus didasarkan pada ciri-ciri klinis utama skizofrenia (DSM-IV-TR; APA, 2000). Nathaniel memenuhi beberapa ciri-ciri klinis utama skizofrenia tersebut.
Dalam skizofrenia terdapat beberapa tipe yaitu tipe tak terorganisasi, tipe katatonik dan tipe paranoid. Dari perilaku yang terlihat, Nathaniel termasuk ke dalam skizofrenia tipe paranoid yang memiliki satu waham dan halusinasi auditori visual. Nathaniel sama sekali tidak menunjukkan gejala skizofrenia tipe tidak terorganisasi (seperti perilaku yang kacau, tidak tenang, tidak menjaga kebersihan dan penampilan, dan afek datar)  dan tipe katatonik (seperti posisi tubuh yang tetap).
Penanganan yang diberikan pada penderita skizofrenia tergantung pada kebutuhan dan tipe skizoprenia yang dialami. Penanganan yang diberikan pada Nathaniel tidak berupa penanganan medis, melainkan lebih kepada pendekatan psikososial, rehabilitasi psikososial dan  intervensi keluarga. Dalam hal pendekatan psikososial, Nathaniel dilibatkan dalam komunitas orchestra sehingga ia dapat belajar beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan juga dapat menjadi wadah baginya untuk mengembangkan bakatnya dalam bermain cello. Dalam intervensi keluarga, Nathaniel mendapat dukungan dari sahabatnya Steven Lopez dan kakak perempuannya.
Dari penanganan yang diberikan, kondisi jiwa Nathaniel  tidak berubah dari awal Steve bertemu dengannya atau tetap. Nathaniel merasa bahagia akan kehidupan saat ini yaitu setelah bertemu dengan Steve dan teman-teman di LAMP. Selain dapat mengembangkan bakatnya dalam bermain cello, Nathaniel juga dapat pandai dalam memainkan beberapa alat musik seperti: piano, suling, drum dan lain-lain.

Daftar Pustaka
-          Jeffrey S. Nevid, S. A. (2005). Psikologi Abnormal Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
-          http//www.bicara film.com