seseorang yangg dinyatakan menderita gangguan obsesi-kompulsif sangat dikuasai oleh obsesi (yaitu pikiran yang tidak diinginkan tetapi terus-menerus muncul) dan kompulsi (yaitu tindakan yang tidak dikehendaki tetapi terus-menerus dilakukannya secara ritual). suatu studi dengan teknik wawancara pernah dilakukan terhadap 82 pasien obsesi-kompulsif dan memperlihatkan bahwa pikiran dan tindakan mempunyai perbedaan yang cukup besar dan dapat digolongkan dengan berbagai cara :
keraguan obsesif; terus-menerus khawatir akan hasil yang sesempurna mungkin dalam melakukan tugas khusus, misalnya mengunci pintu rumah pada malam hari.
pikiran obsesif; rentetan pikiran yang tidak pernah berhenti sering kali mengenai pikiran tentang masa depan (pernah seorang wanita hamil mengatakan begini: "kalau bayi saya laki-laki, dia mungkin akan menuntut pendidikan dan karier yang tinggi tetapi itu berarti bahwa dia akan pergi meninggalkan saya-tetapi mungkin saja dia masih juga ingin kembali lagi pada saya dan apa yang harus saya lakukan, karena...").
dorongan obsesif; dorongan yang tidak dapat terkendalikan untuk melakukan suatu tindakan dari yang biasa sampai pembunuhan.
ketakutan obsesif; sangat khawatir dan cemas bahwa dirinya akan melakukan tindakan tak terkendali atau memalukan (misalnya membicarakan masalah seksual).
khayal obsesif; mengkhayalkan suatu situasi atau kejadian yang baru saja dilihat, dimana khayalan tersebut terus-menerus muncul dan tak terkendalikan.
menyerah terhadap kompulsi; yaitu melakukan suatu tindakan yang muncul akibat perintah pikiran obsesif, misalnya meeriksa kantong secara berulang-ulang untuk melihat dokumen.
mengendalikan kompulsi; dengan sengaja melakukan taktik mengalihkan perhatian, supaya tidak terus-menerus digoda leh pemiikiran kompulsif.
para penderita obsesi kompulsif bisanya memandang pikiran atau tindakannya yang penuh keterpaksaan dan ritual itu sebagai suatu hal yang aneh dan tidak masuk akal. akan tetapi di lain pihak mereka juga menyadari bahwa bila pikiran atau tindakan ritual tersebut dihalangi maka akan muncul kecemasan. pengertian ilmiah membuktikan bahwa obsesi dan kompulsif dapat mengurangi kecemasan, mungkin untuk sementara waktu dengan munculnya dorongan atau pikiran yang menimbulkan ketakutan.
sebetulnya banyak juga diantara mereka yang dinyatakan sehat secara psikologis masih juga melakukan ritual tertentu seperti mencuci piring setelah makan malam, atau memeriksa kunci jendela dan pintu di tengah malam. demikian pula halnya, manusia sering mengalami munculnya kembali pikiran-pikiran seperti untaian kata-kata sebuah lagu yang anda gemari, mungkin saja akan terus-menerus muncul dalam pikiran anda. obsesi dan kompulsi ini baru dianggap neurotik kkalau hal itu tidak menunjang suatu tujuan tertentu, atau membuat yang bersangkutan menderita atau mengacaukan kehidupan seseorang.
teoritikus psikoanalitik yakin bahwa obsesi dan kompulsi ini menimpa seseorang yang terfiksasi pada tahap anal akibat pelatihan buang hajad yang tidak lancar. gejala ini muncul selama terjadinya konflik yang tidak disadari antara id-ego. dalam hal ini ego menggunakan taktik obsesi atau kompulsi untuk menenangkan konflik tersebut. ego penderita obsesi akan kebersihan atau kerapian mungkin sedang memanfaatkan pembentukan reaksi (reaction formation) untuk menutupi motivasi yyang sesungguhnya terhadap dirinya sendiri dengan memperlihatkan yang sebaliknya. atau ego menggunakan teknik menghitung yang sangat kompulsif untuk menguraikan nafsu-nafsu yang tidak dikehendaki (misalnya keinginan untuk masturbasi) lalu diabil tindakan untuk menunda atau mengalihkan perhatian. psikolog perilaku memperkirakan bahwa obsesi dan kompulsi terbentuk melalui psinpi penguatan (reinforcement principles). seseorang tanpa disengaja menemukan diri bahwa dengan berpikir secara obsesif dan bertindak secara kompulsif dapt mengurangi kecemasan yang sangat mengganggu dirinya. kemudian dengan sengaja setiap kali kecemasan tersebut muncul, ia mengambil langkah obsesi dan kompulsi tersebut. dan akhirnya perilaku menjadi seperti otomatis.
faktor psikologis mungkin saja berpengaruh dalam perilaku obsesif-kompulsif ini. penelitian terhadap anak kembar memperlihatkan bahwa gangguan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan. orang-orang yang dinyatakan menderita gangguan obsesi-kompulsif ini sering kali memperlihatkan kelainan neorologis. mugkin saja bahwa daerah tertentu dari sistem sarafnya mebuat dia lebih peka untuk mempunyai gangguan itu secara tetap. bila seseorang ini juga bereaksi secara hebat terhadap setiap stress dengan kadar kecemasan ang tinggi, besar kemungkinannya bahwa ia akan memperkembngkan pola perilaku yang obsesi-kompulsif.
asas biologis : perkembangan merupakan ekspresi dorongan untuk hidup.
asas ketidak berdayaan : awalnya individu sangat lemah, akan tetapi karena proses waktu yang terus berjalan, perkembangan dalam diri individu sendiri, maka individu menjadi memiliki kemampuan yang hebat.
asas eksplorasi : proses pertumbuhan dan perkembangan individu didasarkan tuntutan untuk mengembangkan diri
asas mempertahankan diri : pertumbuhan dan perkembangan individu merupakan dorongan dan tuntutan untuk mempertahankan diri dan eksistensinya (bersifat fisik, psikis dan sosial), bahkan dapat lebih aktual.
Prinsip-prinsip dalam perkembangan :
perkembangan mengikuti pola umum dan teratur maksudnya adalah bahwa proses perkembangan itu berjalan mengikuti suatu pola yang berlaku umum untuk semua individu. proses perkembangan berjalan secara teratur sesuai dengan pola yang ada.
bertahan dan kontinyu, maksudnya adalah bahwa proses perkembangan berjalan secara tahap demi tahap, tidak bersifat mendadak. di samping itu, antara tahap satu dengan tahap berikutnya saling berkaitan. tahap sebelumnya memberikan pengaruh terhadap proses perkembangan pada tahap berikutnya.
deferensiasi dan integrasi, maksudnya adalah bahwa proses dan arah perkembangan itu menuju pada spesifikasi fungsi dari masing-masing organisme. namun demikian, masing-masing fungsi organisme tersebut akhirnya diarahkan pada suatu aktivitas yang satu/tertuju pada satu tujuan.
perbedaan individu (individual differences), maksudnya adalah proses perkembangan setiap individu memiliki sifat dan karakteristiknya sendiri, berbeda satu dengan yang lain. baik menyangkut kecepatan atau kelambatannya, ada individu yang cepat pada tahap tertentu, akan tetapi lebih lambat pada tahapan atau aspek yang lain. konsekuensinya adalah tidak ada dua individu yang sama, meskipun lahir kembar.
psiko-phisis paralelisme, maksudnya adalah bahwa antara aspek phisik dan aspek psikis memiliki fungsi, posisi dan peran secara paralel dalam proses perkembangan individu. perubahan pada salah satu aspek akan berpengaruh pada aspek yang lain. antara aspek phisik dan psikis memiliki kaitan reciprocal (timbal balik).
perkembangan sebagai hasil kematangan (maturity), kesiapan, dan proses belajar, maksudnya adalah bahwa proses perkembangan terjadi sangat dipengaruhi oleh kondisi suatu organisme yang telah matang, siap, dan ada proses belajar pada individu yang bersangkutan.
Hukum-hukum perkembangan
hukum kesatuan organis, artinya bahwa keseluruhan organisme dalam individu, baik psikis maupun fisik, keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. kondisi dan perubahan pada salah satu komponen akan sangat mempengaruhi dan menentukan secara langsung pada kondisi dan perubahan pada komponen yang lain.
hukum tempo perkembangan, artinya bahwa masing-masing tahapan perkembangan memiliki faktor kecepatan atau kelambatan sendiri. hal ini dapat digunakan untuk melihat secara inter maupun intra indiividu. artinya jika dilihat secara inter-individu maka antara individu satu dengan individu yang lain, akan menunjukkan kecepatan atau kelambatan yang berbeda-beda. demikian juga jika dilihat dalam individu sendiri, maka akan tampak perbedaan kecepatan antara tahapan satu dengan tahapan yang lain.
hukum irama perkembangan, artinya bahwa masing-masing tahapan perkembangan itu memiliki pola/gaya yang berbeda satu dengan yang lain. hal ini juga dapat digunakan untuk melihat secara inter maupun intra individu. artinya, jika dilihat antar indvidu, akan tampak perbedaan pola/gaya antara individu satu dengan individu lain. demikian juga jika dilihat dalam diri individu sendiri, maka akan tampak adanya perbedaan pola/gaya antara tahapan satu dengan yang lain.
hukum masa peka, artinya bahwa setiap fungsi organisme dalam individu, memiliki saat yang paling tepat untuk dapat dikembangkan secara optimal. tugas perkembangan pada suatu tahapan perkembangan harus dapat dipenuhi pada masanya, sebab pada tahapan berkutnya, individu menghadapi tugas perkembangan yang berbeda lagi. jika suatu tugas perkembangan ditunda atau dipercepat, maka tidak akan dapat berkembang secara optimal, dan itu akan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan berikutnya.
hukum mempertahankan diri, pada dasarnya terjadi proses pertumbuhan da perkembangan dalam diri individu itu merupakan dorongan untuk dapat mempertahankan eksistensi dirinya. hal ini mengingat bahwa kehidupan iindividu selalu menghadapi berbagai tantangan dan persoalan. dengan mengembangkan diri, individu akan dapat menghadapi dan menyelesaikan tantangannya dan berarti dapat mempertahankan eksistensi dirinya.
hukum mengembangkan diri, dalam diri setiap individu terdapat kecenderungan untuk mengalami perubahan dan perkembangan, terdapat keinginan merasakan dan mengalami hal-hal baru yang belum pernah dialami sebelumnya. individu menghadapi diri dan lingkungannya yang juga selalu mengalami perubahan dan perkembangan. dengan demikian individu dituntut untuk mengembangkan diri sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya. hal ini penting agar ndividu tidak mengalami kesulitan menghadapi penyesuaian diri.
Keengganan anak ke sekolah bisa jadi dikarenakan anak mengalami fobia sekolah, yakni ketakutan yang luar biasa untuk berada di sekolah. Ketakutan ini bersifat irrasional (tidak masuk akal sehat), sehingga tidak mungkin dihibur dengan menyebutkan bahwa tidak ada yang perlu ditakuti di sekolah.
Apa Penyebabnya ?
Fobia sekolah umumnya disebabkan oleh pengalaman psikologis. Orang tua akan lebih mudah menerima alasan anaknya yang tidak mau masuk ke sekolah apabila fobia ini terjadi pada anak yang pemalu, kurang mau bergaul, sulit menerima orang lain selain ibu atau bapaknya, serta kurang percaya diri (ke mana-mana harus didampingi orang tuanya).
Ibu menganggap wajar dan mendiamkan anak sehingga anak tinggal lama di rumah. Namun, apa yang terjadi? Makin lama anak di rumah, anak makin takut pergi ke sekolah. Bisa juga anak takut ke sekolah setelah sekian lama di rumah karena ia membayangkan akan berhadapan dengan bberbagai macam pertanyaan dari guru, teman sekelasnya ataupun orang lain yang mengenal dirinya. Pertanyaan tersebut semakin merisaukan anak yang pemalu tadi.
Kecenderungan fobi pada sekolah, juga terdapat pada anak yang selalu dimanja oleh orang tuanya. Semua keinginannya diikuti agar anak jangan sampai frustasi. Orang tua jenis ini sangat menyayangi anaknya. Bisa jadi anak menjadi tidak mandiri, bergantung pada rumah dan keluarganya. Sehingga begitu anak masuk pada situasi yang berbeda dengan rumah seperti sekolah, maka anak menjadi merasa terancam dirinya. Ia tidak dapat seenaknya sendiri karena semua ada aturannya. Si anak yang biasa disuapi makannya sekarang harus sendiri. Kalau di rumah bisa merampas barang adiknya maka di sekolah tidak bisa begitu saja.
Ibu yang menderita fobi secara sadar atau tak sadar juga mendukung perilaku anak yang menolak ke sekolah. Ibu tipe ini, yang seharian berada di rumah mengasuh anaknya dan tidak mempunyai kegiatan apapun di luar rumah, jika ada keluhan anak yang enggan pergi ke sekolah, tidak berusaha untuk menolaknya atau memaksa si anak pergi ke sekolah. Ia malah mendukung sebab ia sendiri membutuhkan kehadiran anaknya di rumah.
Ayah juga bisa menjadi salah satu penyebab fobia pada anak, terutama terjadi pada keluarga yang sering bertengkar. Karena jenuh bertengkar denga istrinya, maka ayah akan mentolerir rengekan si anak yang tidak mau pergi ke sekolah. Ia memilih sikap ini karena menurutnya, dari pada pusing harus membujuk anaknya pergi sekolah. Hubungan yang kurang harmonis antara ayah dan ibu atau kesibukan ayah d kantor menyebabkan seorang ayah mendorong anaknya agar tetap dekat dengan ibunya. Padahal dengan terlalu dekatnya pada ibu malah dapat mengembangkan kepribadian yang dependen. Si anak menjadi penurut (mendominasi orang lain dengan dependensinya), bersikap manipulative (senang menguasai dengan berbagai akalnya), dan juga bersikap merasa kemampuannya lebih besar karena banyak dilindungi dan dipuji.
Selain faktor yang telah disebutkan di atas, ada faktor pencetus yang menyebabkan si anak menolak pergi sekolah. Faktor itu berkaitan dengan pengalaman traumatis atau pengalaman pahit anak di sekolah.
Fobia Tidak Sama Dengan Membolos
Kasus fobia anak sekolah-sekolah tidak sama dengan anak pembolos. Anak yang membolos berbeda penyebabnya dengan fobia. Anak yang membolos bisa jadi karena faktor ekonomi atau masalah rumah tangga. Orang tua tidak pernah peduli apakah anaknya masuk atau tidak ke sekolah, yang jelas anak harus membantu orang tua mencari nafkah. Akibatnya, si anak ke sekolah sekadar bersekolah saja tanpa persiapan diri untuk bersekolah.
Anak yang memiliki inteligensi yang tinggi dan rendah, juga mudah membolos. Anak yang cerdas akan enggan sekolah bila dirasakan pelajaran di sekolah kurang menantang. Pada membolos juga terlihat bahwa anak lebih suka mengerjakan pekerjaan lain dari pada belajar. Sedangkan anak dengan fobia sekolah meski tidak masuk sekolah, di rumah ia tetap belajar pelajaran yang dibberikan sekolah.
Cara Mengatasi Fobia Sekolah
Kunci utaa untuk mengatasi fobia sekolah adalah sikap orang tua. Sebaiknya orang tua jangan sedikit pun memberi peluang anak untuk tidak sekolah apa pun alasannya. Karena makin lama anak di rumah makin takut ia ke sekolah. Bagi anak yang sering terlambat, maka orang tua harus bijaksana. Orang tua dapat bekerja sama dengan guru. Terlambat pada anak yang masih duduk di TK masih ditolerir sejauh hal tersebut tidak berlarut-larut.
Kita dapat menggunakan pendekatan dengan menggunakan “hadiah” bagi anak-anak. Begitu anak mau kke sekolah maka guru atau orang tua bisa memberikan hadiah baik berupa pujian atau bintang yang disematkan pada dada si anak. Sebaiknya hilangkan pengukuhan yang menyebabkan anak akan lebih senang di rumah.
Pendekatan lain dapat juga dengan menggunakan terapi bermain. Berbagai macam tokoh boneka diberikan pada anak dan selanjutnya anak diminta mengekspresikan perasaannya pada tokoh tersebut. Dengan cara ini dapat diketahui hubungan annak dengan tokoh yang ada dan akhirnya penyebab mengapa ia takut sekolah dapat diketahui.
Kebanyakan orang tua menuntut agar anak genar membaca, tetapi merreka seakan-akan tidak tahu bahwa minat membaca itu tidaklah tumbuh dengan sendirinya. Lingkngan rumah amat berpengaruh dalam memunculkan minat membaca pada anak. Untuk itulah, peran orang tua sejak sedini mungkin sangat penting dalam membentuk lingkungan yang mengundang minat membaca pada anak. Bagaimanakah menciptakan lingkungan yang mengundang minat membaca pada anak?
Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun
Dua sampai tiga tahun pertama dalam kehidupan anak adalah masa perkembangan anak yang paling cepat. Dimulai dari perkembangan motorik seperti duduk, berjalan, berlari, melompat, memanjat dan mampu untuk turun-naik tangga, kemudian kemampuan anak mampu mengkoordinasikan mata-tangan merupakan faktor yang signifikan untuk anak belajar membaca, mengenal macam-macam bentuk dan huruf.
Pada masa ini pula (usia 1-3 tahun) anak, melalui sistemnya, melihat jelas efek dari bahasa yang digunakan oleh orang sekitarnya, melihat jelas adanya asosiasi yang dibuat dengan bahasa dan sikap-sikap orang dilingkungan terhadap pemahaman yang dibuatnya.
Antara usia 1-3 tahun, anak memperoleh banyak hal dari lingkungan melalui dari apa yang mereka lihat, mereka sentuh, mereka rasakan, mereka dengar dan juga mereka cium. Kesemuanya ini merupakan substansi dari proses intelektual anak. Dengan demikian yang paling disarankan pada anak di tiga tahun pertama kehidupan adalah memenuhi rasa ingin tahu dan memenuhi hasrat penjelajahannya dengan cara memberikan rangsangan. Dengan terpenuhinya kedua hal ini akan terbentuk gambaran dunia dari lingkungan yang merupakan reservoir dari pengetahuannya kelak sampai proses kematangan tiba.
Pada usia dua tahun, anak mampu “menyulap” gambaran mental yang ada di dalam otak. Manipulasi mental terhadap objek dapat dibuat tanpa hadirnya objek itu segera. Jadi, di akhir usia dua tahun, anak mulai mengembangkan proses mental atau kognitifnya. Hal ini disebut Semiotic function yang dapat diartikan sebagai kemampuan anak usia 2-4 tahun dalam membuat simbol, atau objek lainnya yang ada. Jadi, berarti pula anak saat ini mampu menyebutkan segala sesuatu yang telah dialaminya.
Teori Tentang Membaca
Sebelum pandai membaca, seorang anak harus mengerti terlebih dahulu huruf. Sesudah ia mengenal huruf, barulah ia belajar merangkaikan huruf menjadi kata-kata yang berarti. Pada akhirnya, anak memahami suatu kalimat secara keseluruhan
Budihasti (1983) mengutip pendapat Gray (dalam Dalman, 1974) menyebutkan beberapa komponen membaca, yaitu :
1.Pengenalan kata-kata
Di sini penekanannya pada pengenalan persamaan antara apa yang diucapkan dan apa yang ditulis sebagai simbol, istilahnya decoding.
2.Pengertian
Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.
3.Reaksi
Diharapkan ada reaksi terhadap hal yang dibaca.
4.Penggabungan
Asimilasi ide-ide yang diharapkan dari mereka dengan pengalaman si pembaca di masa lalu.
Menurut Thomson (1970) yang dikutip Budihastuti (1983), waktu yang paling tepat untuk belajar membaca adalah saat anak duduk di TK. Pada masa ini rasa ingin tahu anak berkembang sehingga anak banyak melontarkan pertayaan-pertanyaan. Mereka juga sudah lebih siap menerima hal-hal yang dilihatnya di sekolah. Di samping itu, keterikatan anak pada hal-hal yang konkret semakin berkurang, dan sebaliknya kemampuan ereka berkembang menjadi lebih abstrak. Untuk itu, anak sudah dapat dilibatkan pada simbol-simbol.
Anak agar menaruh perhatian dan penghargaan terhadap buku.
Maka pada masa kanak-kanak awal ini anak dilatih bagaimana cara memegang buku, membuka halaman, mengenal gambar dan mengembalikan buku pada tempatnya (Pakasi, 1990 dalam Budiharti,1983).
Tahap Perkembangan Minat Baca
Yaumil Achir menguraikan dengan jelas perkembangan minat membaca pada anak sebagai berikut :
·Usia 1-3 tahun
Pada usia 1-3 tahun anak cenderung merobek kertas, untuk itu dianjurkan agar buku yang digunakan adalah dari plastik atau bahan kain yang selain kuat, tidak mudah rusak juga dapat dicuci sedangkan untuk isii bacaannya disarankan yang setiap halamannya hanya mengandung satu macam benda berikut namanya. Benda dan namanya dalam format besar dengan warna yang cerah.
Selain membeli, anda juga bisa membuat sendiri dengan memulai dari pengenalan nama anggota keluarga. Caranya adalah menempelkan foto ukuran kartu pos dan menuliskan nama yang ada dalam foto itu di sampingnya dengan memakai huruf besar semua.
cara lain yang cukup efektif adalah melalui gambar-gambar iklan, baik yang ada di majalah maupun di papan iklan di jalan-jalan. Biasanya, gambar iklan dibuat dengan huruf yang jelas dan besar-besar serta memakai warna yang mencolok. Untuk itu, pilihlah majalah atau koran yang sudah tidak terpakai. Anak pasti senang, gembira serta antusias belajar mengenal huuruf dari majalah dan koran sebab merasa dilibatkan dalam dunia orang dewasa tanpa takut dimarahi kalau robek. Yang lebih penting lagi selama proses pengenalan huruf itu, ibu atau ayah senantiasa ada di samping anak. Pemberian rewardamat efektif dan paling dianjurkan agar anak tetap terangsang bermain mencari huruf-huruf pada iklan-iklan tersebut ataupun buku yang dimilikinya.
·Usia 3-5 tahun
Buku untuk anak di atas usia tiga tahun sudah bisa dengan beberapa kata (kalimat) yang merupakan gagasan. Namun, tetap dengan ilustrasi gambar yang menarik, warna yang ceria serta format yang besar. Di sini bacaan sudah dapat memancing keterlibatan emosi anak dan mudah menemukan dalam dunianya sehari-hari.
Usia 3-5 tahun anak sudah duduk di Taman Kanak-Kanak. Pengalaman mereka relatif lebih banyak demikian pula penguasaan bahasa jauh lebih baik. Sebab itu, bacaan yang diberikan bisa agak panjang. Dengan jangka konsentrasi yang lebih panjang, jenis bacaan pada anak pun lebih banyak memikat gagasan yang sedikit kompleks.
Haruslah diingat pula bahwa anak sudah lebih kritis, sehingga kita juga harus lebih serius dan hati-hati di dalam membacakan buku. Maksudnya, anak tidak lagi bisa menerima anda menggunakan bahasa sehari-hari dengan kreativitas kita sendiri. Sebaliknya, kita dituntut membaca persis sesuai dengan bahasa dalam buku. Hal ini ada baiknya, sebab anak akan mendengar langsung bahasa yang baik. Di samping itu, anak pun diperluas dan diperkaya kosa katanya melalui buku tersebut. Jenis cerita yang digemari untuk anak adalah yang bersifat fancy. Sebaiknya, ukuran buku (format) kurang lebih 21,0 x 29,7 cm
·Usia 5-7 tahun
Fokus perkembangan anak pada usia 5-7 tahun ada pada dunia akademis dan intelektual. Untuk periode ini, yang menonjol adalah banyaknya kata-kata, gagasan-gagasan, konsep-konsep yang merupakan representasi dari hal-hal yang telah dialami dan disimpan secara mental, baik melalui pengalaman atau yang diterima secara tidak langsung. Macam buku yang diberikan sudah bisa dalam format 17,6 x 25,0 cm dengan isi cerita yang matang.
·Usia 7-9 tahun
Perkembangan intelektual pada anak usia 7-9 tahun diarahkan pada bagaimana sekolah melihat sesuatu itu penting sehingga kita berupaya menyelaraskan dengan apa yang dituntut oleh sekolah. Untuk itu, buku-buku yang cocok pada anak juga merupakan sesuatu yang membantu pelajaran di sekolahnya dalam lingkup sains dan teknologi, tentang ruang angkasa, hujan, angin, suara dan sebagainya. Cerita-cerita yang merangsang imajinasi anak dan memberi kesan action juga digemari pada usia ini.
Format buku masih 17,6 x 25,0 cm dimana huruf tidak terlalu kecil dan jarak satu huruf dengan huruf lainnya tidak terlalu dekat.
Cara-Cara Mengembangkan Minat Baca Anak
1.Diperkenalkan sejak dini pada bacaan bergambar dengan warna yang menarik.
2.Untuk usia 1-3 tahun dimulai dengan membacakan cerita yang pendek dan dengan suara serta nama yang jelas.
3.Mengajar membaca lebih efektif dengan cara bermain dalam suasana yang informal.
4.Melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari di rumah yang mengharuskan anak menggunakan kemampuan membacanya.
5.Ajaklah anak lebih sering ke perpustakaan dan masukkanlah mereka menjadi anggota perpustakaan.
6.Sediakanlah satu pojok di rumah anda untuk menyimpan buku-buku atau majalah, serta untuk anda dapat santai membaca dengan ditemani oleh si kecil.
Peran anda sangat besar dalam pembentukan minat membaca, selain memberikan contoh bahwa anda gemar membaca dan bahwa bacaan bermanfaat bagi anda. Juga anda perlu memberi petunjuk bagaimana cara membaca yang baik. Membaca yang baik dilakukan di bawah cahaya uang terang, dalam posisi duduk, dengan jarak bacaan dan mata sejauh kurang lebih 30 cm.
Peran anda yang lain adalah membantu memilihkan buku yang baik dann sesuai bagi usia anak. Sebab melalui buku anak dapat belajar banyak bagi perkembangan dirinya. Buku juga merupakan sumber identifikasi bagi anak. Dan melalui bacaan pula anak mentransfer nilai-nilai yang belum diketahuinya melalui orang tua.
"Psikologi" berasal dari perkataan Yunani "Psyche" yang artinya jiwa dan "logos" yang artinya ilmu pengetahuan. jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
Sejarah Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsufYunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana dan belum menjadi suatu ilmu pengetahuan.
Psikologi kontemporer
Diawali pada abad ke 19, dimana saat itu berkembang 2 teori dalam menjelaskan tingkah laku, yaitu:
Psikologi Fakultas
Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan, menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam beberapa ‘fakultas’ yang meliputi: berpikir, merasa dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas: kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imaginer, dan sebagainya.
Psikologi Asosiasi
Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah ‘asosiasi ide.’ Dimana ide masuk melalui alat indera dan diasosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras, dan kedekatan.
Dalam perkembangan ilmu psikologi kemudian, ditandai dengan berdirinya laboratorium psikologi oleh Wundt (1879) Pada saat itu pengkajian psikologi didasarkan atas metode ilmiah (eksperimental) Juga mulai diperkenalkan metode intropeksi, eksperimen, dsb. Beberapa sejarah yang patut dicatat antara lain:
F. Galton > merintis test psikologi.
Charles Darwin > memulai melakukan komparasi dengan binatang.
Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kekompleksan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.
Laboratorium Wundt
Pada tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of Leipzig, Jerman. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih mamahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai. dengan berdirinya laboratorium ini pula, lengkaplah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan, sehingga tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
Berdirinya Aliran Psikoanalisa
Semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan Austria bernama Sigmund Freud mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan psikis lainnya.
Berdirinya Aliran Behavioris
Berdirinya Aliran Fenomenologis
Fungsi psikologi sebagai ilmu
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
Menjelaskan
Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
Memprediksikan
Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
Pengendalian
Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
Pendekatan Psikologi
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam psikologi sedikitnya ada 5 cara pendekatan, yaitu
Pendekatan neurobiologis
Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impulslistrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.
Pendekatan perilaku
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S - R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan banyak sub-aliran.
Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.
Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
Pendekatan fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.