Sabtu, 27 Maret 2010

Obsesi-Kompulsif


seseorang yangg dinyatakan menderita gangguan obsesi-kompulsif sangat dikuasai oleh obsesi (yaitu pikiran yang tidak diinginkan tetapi terus-menerus muncul) dan kompulsi (yaitu tindakan yang tidak dikehendaki tetapi terus-menerus dilakukannya secara ritual). suatu studi dengan teknik wawancara pernah dilakukan terhadap 82 pasien obsesi-kompulsif dan memperlihatkan bahwa pikiran dan tindakan mempunyai perbedaan yang cukup besar dan dapat digolongkan dengan berbagai cara :
  1. keraguan obsesif; terus-menerus khawatir akan hasil yang sesempurna mungkin dalam melakukan tugas khusus, misalnya mengunci pintu rumah pada malam hari.
  2. pikiran obsesif; rentetan pikiran yang tidak pernah berhenti sering kali mengenai pikiran tentang masa depan (pernah seorang wanita hamil mengatakan begini: "kalau bayi saya laki-laki, dia mungkin akan menuntut pendidikan dan karier yang tinggi tetapi itu berarti bahwa dia akan pergi meninggalkan saya-tetapi mungkin saja dia masih juga ingin kembali lagi pada saya dan apa yang harus saya lakukan, karena...").
  3. dorongan obsesif; dorongan yang tidak dapat terkendalikan untuk melakukan suatu tindakan dari yang biasa sampai pembunuhan.
  4. ketakutan obsesif; sangat khawatir dan cemas bahwa dirinya akan melakukan tindakan tak terkendali atau memalukan (misalnya membicarakan masalah seksual).
  5. khayal obsesif; mengkhayalkan suatu situasi atau kejadian yang baru saja dilihat, dimana khayalan tersebut terus-menerus muncul dan tak terkendalikan.
  6. menyerah terhadap kompulsi; yaitu melakukan suatu tindakan yang muncul akibat perintah pikiran obsesif, misalnya meeriksa kantong secara berulang-ulang untuk melihat dokumen.
  7. mengendalikan kompulsi; dengan sengaja melakukan taktik mengalihkan perhatian, supaya tidak terus-menerus digoda leh pemiikiran kompulsif.
para penderita obsesi kompulsif bisanya memandang pikiran atau tindakannya yang penuh keterpaksaan dan ritual itu sebagai suatu hal yang aneh dan tidak masuk akal. akan tetapi di lain pihak mereka juga menyadari bahwa bila pikiran atau tindakan ritual tersebut dihalangi maka akan muncul kecemasan. pengertian ilmiah membuktikan bahwa obsesi dan kompulsif dapat mengurangi kecemasan, mungkin untuk sementara waktu dengan munculnya dorongan atau pikiran yang menimbulkan ketakutan.

sebetulnya banyak juga diantara mereka yang dinyatakan sehat secara psikologis masih juga melakukan ritual tertentu seperti mencuci piring setelah makan malam, atau memeriksa kunci jendela dan pintu di tengah malam. demikian pula halnya, manusia sering mengalami munculnya kembali pikiran-pikiran seperti untaian kata-kata sebuah lagu yang anda gemari, mungkin saja akan terus-menerus muncul dalam pikiran anda. obsesi dan kompulsi ini baru dianggap neurotik kkalau hal itu tidak menunjang suatu tujuan tertentu, atau membuat yang bersangkutan menderita atau mengacaukan kehidupan seseorang.

teoritikus psikoanalitik yakin bahwa obsesi dan kompulsi ini menimpa seseorang yang terfiksasi pada tahap anal akibat pelatihan buang hajad yang tidak lancar. gejala ini muncul selama terjadinya konflik yang tidak disadari antara id-ego. dalam hal ini ego menggunakan taktik obsesi atau kompulsi untuk menenangkan konflik tersebut. ego penderita obsesi akan kebersihan atau kerapian mungkin sedang memanfaatkan pembentukan reaksi (reaction formation) untuk menutupi motivasi yyang sesungguhnya terhadap dirinya sendiri dengan memperlihatkan yang sebaliknya. atau ego menggunakan teknik menghitung yang sangat kompulsif untuk menguraikan nafsu-nafsu yang tidak dikehendaki (misalnya keinginan untuk masturbasi) lalu diabil tindakan untuk menunda atau mengalihkan perhatian. psikolog perilaku memperkirakan bahwa obsesi dan kompulsi terbentuk melalui psinpi penguatan (reinforcement principles). seseorang tanpa disengaja menemukan diri bahwa dengan berpikir secara obsesif dan bertindak secara kompulsif dapt mengurangi kecemasan yang sangat mengganggu dirinya. kemudian dengan sengaja setiap kali kecemasan tersebut muncul, ia mengambil langkah obsesi dan kompulsi tersebut. dan akhirnya perilaku menjadi seperti otomatis.

faktor psikologis mungkin saja berpengaruh dalam perilaku obsesif-kompulsif ini. penelitian terhadap anak kembar memperlihatkan bahwa gangguan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan. orang-orang yang dinyatakan menderita gangguan obsesi-kompulsif ini sering kali memperlihatkan kelainan neorologis. mugkin saja bahwa daerah tertentu dari sistem sarafnya mebuat dia lebih peka untuk mempunyai gangguan itu secara tetap. bila seseorang ini juga bereaksi secara hebat terhadap setiap stress dengan kadar kecemasan ang tinggi, besar kemungkinannya bahwa ia akan memperkembngkan pola perilaku yang obsesi-kompulsif.